Mohon tunggu...
Achmad Jayadi Rusydi
Achmad Jayadi Rusydi Mohon Tunggu... lainnya -

Kenalan di : www.azrur-rusydi.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Waktu Sekolah : Bangga disebut Murid ‘Ndablek’

20 Juni 2012   07:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:45 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lepas dua tahun, saya meninggalkan aqobah. Bukan makna sebenarnya. Maksud saya, dua tahun saya telah lulus dari Aqobah. Siapa yang belum kenal Aqobah?, saya kenalkan : Aqobah adalah Lembaga pendidikan yang di gagas dan didirikan oleh Kyai Junaidi Hidayat. Alhamdulillah. Lembaga ini cukup fenomenal semenjak di dirikan.

Kalau sekolah lain populer hanya dari aspek prestasi akademisnya, bagi anak Aqobah, populer itu kudu fenomenal. Fenomenal itu kudu punya prestasi, prestasi itu BUKAN PRESTASI AKADEMIS. Prestasi akademis itu bisa di buat-buat. Kalau ngak percaya tanya Diknas Jombang noh!.

Aqobah memang lembaga pendidikan yang terlihat biasa. Tapi mempunyai murid yang luar biasa, tentu ini juga karena dewan asatidz (guru-guru) nya yang luar biasa. Kalau mau di ceritakan luar biasanya Anak aqobah, salah satunya : lima tahun yang lalu, ketika sekolah lain pada manut (menerima, isitlah Jawa ) dengan peraturan mendiknas tetang penyelenggaraan Ujian Nasional (UN).

Sebagai pelajar dan yang menjadi konsumen peraturan tersebut, anak-anak aqobah melakukan kajian terhadap peraturan tersebut. seberapa pentingkah Ujian nasional..? adalah tema sebuah diskusi publik yang di adakan dalam rangka mencari tau dan mengkaji peraturan tersebut, dengan cara mengumpulkan pendapat dari para pelajar-pelajar lainnya. Tidak nanggung, acara itu di hadiri oleh perwakilan sekolah-sekolah seluruh pelosok kabupaten Jombang. Waktu itu juga, kami mengundang ZaFika (Izza, Fina dan Kana), tiga murid sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga yang terlebih dahulu melakukan riset dan menerbitkan disertasi tentang Ujian Nasional.

Bagi anak aqobah, Ujian Nasional itu masih belum shar'i (adil).  Bagaimana kalau orang yang pintar dalam bidang elektronik, di uji soal Bahasa Indonesia, tentu tidak nyambung.  Lagian, di aqobah mempunyai konsep pembelajaran yang siswa dapat memilih sendiri sesuai minat dan potensinya, itu yang disebut dengan student day. Tidak cocok kalau ujian nasional di jadikan alat ukur kelulusan bagi siswa yang berbeda-beda potensinya.

Perlu di ingat dan di catat, acara itu Bukan di Selenggarakan oleh sekolah, itu adalah murni di selenggarakan oleh anak-anak aqobah. Kalau Boleh buka rahasia, waktu itu saya sebagai ketua panitia acara. Kepala sekolah saja (pak Ahmad Faqih) tidak memberi sumbangan (Dana) untuk acara tersebut. karena itu adalah Murni 100%  gagasan anak-anak aqobah, akhirnya kami sepakat, satu sekolah patungan untuk membiayai acara tersebut.

Hasil diskusi waktu itu adalah : UN malah menjadi momok sekolah. Banyak kepala sekolah yang jadi nakal karena UN. "Masa' belajar tiga tahun di tentukan tiga matapelajaran, waktu itu..." ujar salah seorang peserta diskusi.  Bagi kepala sekolah, jika banyak anak didiknya yang tidak lulus, tentu sekolah yang dipimpinnya akan di cap sebagai sekolah yang gagal, merusak rating.

Selepas diskusi, kami membuat aksi di depan kantor Diknas Jombang.  Perlu diketahui, waktu itu kami masih SMP. Ketika mengurus Ijin aksi, mulai ke kantor DPR hingga ke kantor Polsek, kami sendiri yang berangkat. Bayangkan, anak SMP berangkat ke kantor Polisi untuk Ijin melakukan aksi di depan kantor Diknas Jombang.  Aksi kami itu memang mendapat restu dari pihak sekolah dan Yayasan. Tapi restu itu dalam bentuk doa dan tahlilan. (tradisi pesantren).

Ketika Aksi di depan kantor Diknas Jombang, dengan bahasa lugu ala anak SMP, kami menyampaikan aspirasi dari hasil diskusi yang dilakukan sebelumnya. Para peserta aksi yang di ikuti oleh peserta diskusi, dari beberapa sekolah di Jombang di terima oleh Setyo Darmoko (kalau ngak salah ingat).

Alhamdulillah, selesai aksi, besoknya, Sekolah alaqobah mendapat teguran dari DIKNAS Jombang. Luar biasa kan?.  Padahal, sekolah (aqobah) tidak punya 'dosa' soal aksi itu. Ya, karena yang aksi adalah anak-anak aqobah. Sekolahnya jadi kena dech.

Waktu itu juga kami jadi tau, kalau DIKNAS Jombang itu beraninya ngancam pakek surat, seperti Surat Resmi, begitu. ngak pintar kan? Lebih pintar anak aqobah, sepertinya, karena mengutamakan aspirasi dari para konsumen dan para ahli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun