Mohon tunggu...
Achmad Jayadi Rusydi
Achmad Jayadi Rusydi Mohon Tunggu... lainnya -

Kenalan di : www.azrur-rusydi.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Andai Aku Dahlan Iskan

19 Maret 2012   09:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:48 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dahlan Iskan menjadi sosok yang populer saat ini. Maklum, menurut saya, manusia ini tergolong langka di dunia. Tiga tahun yang lalu, sewaktu masih duduk di bangku SMA, saya belum begitu mengenal Dahlan Iskan, ketika itu kepala Sekolah mengenalkan sosok Dahlan Iskan yang pandai menuliskan sebuah peristiwa sehingga pembaca di buat benar-benar ikut dalam peristiwa tersebut.

Soal tulisan-tulisan beliau ngak usah di ragukan lagi, lha wong dia kan bos besar koran 'Terpandang' di negeri ini.  Ketika itu saya mengenal dan mengidolakan Dahlan iskan hanya melalui tulisan-tulisannya yang di muat media massa.

Tahun 2009, perkenalan saya dengan Dahlan Iskan semakin dekat dan dalam saja. Kekaguman saya terhadap beliau semakin menjadi ketika beliau di berikan tantangan 'Memperbaiki' Perusahaan listrik Negara (PLN). Bukan soal beliau yang di angkat menjadi Direktur Utama perusahaan Setrum negara, tapi karena keberanian dan kepandaianya pak Dahlan berhasil memperbaiki sistem birokrasi di Perusahaan milik negara tersebut. tidak hanya itu, Pak Dahlan dengan segala keanehannya membuat  beberapa gebrakan diantaranya bebas byar-pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan dan masih banyak lagi.

Ya, walaupun di Medan (Tempat tinggal saya saat ini) masih sering mati lampu, paling tidak dampak yang dapat saya rasakan langsung sebagai pengguna jasa PLN, frekuensi dan durasi mati lampu di kota ini sudah tidak seperti dulu lagi. Selain itu juga untuk mengurus pasang baru listrik juga tidak se rumit yang dulu. Yah, itulah karya pak Dahlan di PLN.

Ntah mimpi apa pak Dahlan pada malam sebelumnya, Senin 17 Oktober tahun lalu. Presiden SBY yang sedang galau mereshufle kabinet Indonesia bersatu Jilid satunya, menjadikan Pak Dahlan Iskan menjadi Menteri BUMN. Pak Dahlan dengan terbata-bata memberikan keterangan pers nya di depan wartawan Istana.  Air matanya mengembang, ia mengaku sedih meninggalkan PLN yang tengah serius di tanganinya. "Kami di seluruh Indonesia sedang semangat-semangatnya" ujarnya.

Sempat meragukan, apakah Pak Dahlan benar-benar bisa mengerjakan PR barunya. Mengingat alasan Pak Beye mengganti menteri kan jelas, karena menteri sebelumnya kurang berhasil memperbaiki Pabrik-pabrik milik negara. Dan juga kondisi kesehatan pak Dahlan yang sempat hampir terenggut nyawanya akibat kanker hati yang pernah di deritanya.

Nyatanya, awal menjadi menteri BUMN, pak Dahlan menghadiri rapat kerja pemerintah di istana Bogor tahun lalu malah menggunakan kereta Commuterline AC dari stasiun Manggarai menuju Bogor. Sesampainya di Bogor pak Dahlan turun dan naik ojek menuju Istana kepresidenan. Kepribadian yang tenang, dan sederhana ini berbeda dengan orang-orang penting di negeri ini, jika yang lain kemana-mana di kawal oleh pasukan polisi Patroli dengan dalih 'keamanan' dan menghindari kemacetan. Pak Dahlan membuktikan sebagai pemimpin yang di cintai rakyatnya tidak perlu takut soal kemanan.  Tanpa pasukan keamanan protokoler pun pak Dahlan kemana-mana masih tetap aman. Betul, kalau rakyatnya cinta kepada pemimpinya, rakyat sendirilah yang akan melindungi pemimpinya dimanapun berada.

Sekarang pak Dahlan sudah menjadi orang yang banyak di bicarakan di negeri ini. Dengan berbagai kesedarhanaanya pak Dahlan berhasil menjadikan orang jatuh hati di kepadanya. Banyak yang menginginkan pak Dahlan Iskan menjadi RI 1 selanjutnya. Seandainya saya jadi sosok Dahlan iskan mungkin saya akan menggunakan kesempatan itu menjadi penguasa di negeri ini. Tapi tidak bagi Dahlan Iskan, beliau memang tidak haus kekuasaan dan Qanaah menerima apa adanya. Di saat ia mencoba lebih dekat dengan masyarakat, ada yang beranggapan sikap itu hanya untuk mencari sensasi agar mendapat simpatik dari masyarakat saja. Oh tidak!, menurut saya anggapan itu salah. semenjak jadi Bos Besar koran Jawa Pos, jauh sebelum menjadi DIRUT PLN dan menteri, sosok pak Dahlan memang dikenal sebagai orang yang ramah, mau turun di tengah2 masyarakat, orang Jawa menyebutnya Blater. Itulah Dahlan Iskan.

* di Paragraf ke lima, mengutip dari tulisan Kompasianer

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun