Tahun 2010 kami pernah punya aksi: mengamen disekitar lampu merah Kebon rojo Jombang. Kali itu, bukan menggalang dana untuk korban bencana alam. Sekadar ngamen solidaritas untuk mengenang tokoh-tokoh aktivis yang hilang, diculik oleh aparat. Saya pun tak tahu banyak, misalnya, seperti Wiji Tukul. Saya menjadi tahu dari mas Jhejen Al-musthofa. Dia adalah salah satu aktivis mahasiswa (PMII) yang ikut dalam aksi tersebut. Menuntut pemerintah agar mengadili pelaku penculikan itu.
Konon Wiji Tukul diculik oleh Pasukan dibawah komando salah satu jenderal, menantu Pak Harto. Misteri penculikan hingga kini terus menghitam. Akibat penculikan itu sang jenderal harus rela dicopot dari dinas militernya. Cerita itu saya dapatkan dari Mas Jejen dan rekannya saat berorasi di pinggir lampu merah.
Kini sang jenderal telah berkamuflase menjadi seorang capres. Wajah antagonisnya dipermak sedemikian rupa menjadi tokoh yang penuh disiplin & bersih. Dan kini juga, Mas Jhejen Al-mustofa lah menjadi pendukung sang Jenderal untuk menjadi Capres 2014. Sebuah pertanyaan kecil muncul dari 'mulut busukku': Mas Jejen, kenapa kau dukung orang yang kau anggap penculik? Oh, dasar aktivis!
Moment refleksi bagi kita semua
Sekian.
hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H