Mohon tunggu...
Achmad Jayadi Rusydi
Achmad Jayadi Rusydi Mohon Tunggu... lainnya -

Kenalan di : www.azrur-rusydi.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Tukang Bubur Yang Tak Mau Golput Lagi

29 Mei 2014   23:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:58 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="565" caption="Foto: Tribunnews"][/caption] Medan - Bubur itu masih sangat panas saat Pak Tarno menyuguhkan daganganya kepada salah satu pelanggan. Pak Tarno bukan tukang bubur biasa, wajahnya semangat melayani setiap pembeli. Ia juga guru politik bagi pelanggan buburnya! Sepagi ini. Kata dia, buburnya sudah hampir habis, padahal jam masih menunjukkan pukul 07:30. Ia membuka kedainya sejak pukul 06:00 pagi. Setiap hari pak tarno menjual bubur dipersimpangan antara jalan setia budi dengan jalan sei serayu, Medan. Sambil menunggu pembeli datang, sesekali pak tarno menceritakan perkembangan politik saat ini yang membuatnya kembali bergairah lagi. Semenjak Gus dur lengser, ia apatis negeri ini masih dapat diperbaiki. Menurutnya, Gus dur adalah orang yang baik namun di jegal oleh teman-temannya sendiri. Wajah tuanya menunjukkan, ia adalah generasi tiga jaman di negeri ini. Ia lahir saat Soekarno masih menjadi presiden republik indonesia. Ingatan kakek 2 cucu ini masih kuat, apalagi jika dipancing menceritakan sosok soekarno yang ia kagumi. Baginya, presiden yang baik hanya soekarno dan gus dur, namun mereka mempunyai nasib buruk: di lengserkan oleh temannya sendiri. Semenjak itu, Wak Tarno atau sebutan lain pak Tarno, menjadi apatis di negeri ini. Baginya, negeri ini tidak pernah adil, ketika orang-orang baik yang memimpin negeri ini selalu dicederai oleh bangsanya sendiri. Kini, Wak tarno punya cerita baru, kini ia tak lagi apatis. munculnya Jokowi dan Basuki adalah fenomena baru yang mengembalikan gairahnya membahas politik saat ini."Jokowi adalah figur pemimpin yang sudah lama saya rindukan." Sesekali, ia mewanti-wanti pelanggan buburnya untuk ikut memilih saat pilpres nanti. Ia tidak keberatan menjelaskan jika pelanggan bertanya mengenai track record kedua kandidat presiden tahun ini.  Menurutnya, sebelum memilih harus mengerti visi-misi dan track record setiap calon. Baginya, ini adalah pendidikan politik yang ia berikan kepada pelanggan buburnya. Menarik! Wak Tarno punya catatan sendiri mengenai Jokowi. Baginya, Gubernur DKI ini memang harus jadi presiden. Ini adalah harapan terakhir baginya. Jokowi adalah pemimpin yang benar-benar bekerja. Ia tidak sekedar pintar mengatur anak buah, tapi juga memastikan apa yang sudah dilakukan anak buahnya. Jokowi juga melibatkan rakyatnya saat akan membuat kebijakan yang menyangkut warganya. wak Tarno menujukkan selembar koran yang ia klipping dua tahun lalu. Di dalam kliping itu menunjukkan foto Jokowi melakukan rembug warga saat menjadi walikota solo. Bagi Wak Tarno ini luar biasa. "Jarang ada pemimpin yang mau seperti ini (Jokowi). Biasanya, kita tau jadi, gak tau rencana pemerintah mau apa? tiba-tiba udah ada kasus korupsi aja" ujar wak tarno. Tahun 2004 dan 2009, Tarno mengaku Golput, alias tidak memilih. Bahkan ia melarang istrinya mengikuti sosialisasi caleg di kampungnya. Tahun ini ia tidak mau Golput, Wak tarno berharap Jokowi terpilih menjadi presiden republik ini. Baginya, negeri ini sudah banyak orang pintar tapi sedikit yang mau kerja. Jokowi ia yakini sebagai pemimpin yang pintar sekaligus mau bekerja. Jika Jokowi terpilih jadi presiden, wak Tarno ingin Jokowi berhati-hati memilih menteri. Karena, jika salah pilih menteri, rencana bagus jokowi tidak dikerjakan dengan baik. Ia setuju dengan wacana jokowi akan memilih menteri dari kalangan profesioanal. Ia tidak ragu, karena jokowi sudah membuktikan lelang jabatan di Jakarta yang menghasilkan para birokrat yang cerdas. Selamat buat jokowi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun