Mohon tunggu...
azriel arafi
azriel arafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universiatas Airlangga

Azriel Arafi adalah seorang Mahasiswa Universiatas Airlangga jurusan Hubungan International yang memiliki minat menulis terkait topik Internasional yang terjadi saat ini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebijakan Jepang dalam Mengatur Arus Migrasi di Era Covid-19

6 Juni 2023   20:26 Diperbarui: 6 Juni 2023   20:53 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.mnctrijaya.com/news/detail/57213/transisi-menuju-normal-jepang-pertimbangkan-covid-19-sebagai-flu-musimanInput sumber gambar

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona baru. Penyebarannya terjadi melalui tetesan udara atau droplet dari orang yang terinfeksi melalui batuk, bersin, atau berbicara, serta melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Infeksi COVID-19 dapat menyebabkan gejala ringan hingga parah, dan dalam beberapa kasus dapat mematikan. Migrasi, pada umumnya, merujuk pada perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain. 

Dalam konteks COVID-19, migrasi dapat memperluas penyebaran virus, terutama jika orang yang bermigrasi tidak mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak sosial, dan mencuci tangan dengan sering. Selama pandemi COVID-19, banyak negara telah membatasi perjalanan antar wilayah atau antar negara untuk memperlambat penyebaran virus. Namun, masih terjadi perpindahan orang dalam negeri atau lintas negara yang dapat mempercepat penyebaran virus jika tidak diatur dengan baik (Manager, 2021).

Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan pada migrasi internasional di seluruh dunia. Pemerintah di berbagai negara memberlakukan pembatasan perjalanan, lockdown, dan karantina, yang berdampak pada mobilitas dan kebebasan pergerakan orang dari satu negara ke negara lainnya. 

Sejumlah negara menghentikan sementara atau membatasi masuknya imigran dan pengungsi ke wilayah mereka. Beberapa negara juga menunda atau membatalkan proses imigrasi dan pengungsi, sementara yang lain memperketat persyaratan untuk masuk. Dalam jangka pendek, pandemi COVID-19 telah mengurangi jumlah migran internasional karena pembatasan perjalanan dan penutupan perbatasan. 

Namun, dalam jangka panjang, pandemi ini mungkin akan mempercepat perubahan dalam pola migrasi internasional. Misalnya, pandemi ini mungkin mempercepat peralihan ke kerja jarak jauh dan memberikan dorongan pada orang-orang untuk mempertimbangkan pindah ke negara lain karena perubahan dalam kebutuhan bisnis atau kehidupan pribadi. 

Selain itu, pandemi COVID-19 juga telah memperlihatkan kepada dunia betapa pentingnya imigran dalam berbagai sektor, seperti perawatan kesehatan, perdagangan, dan layanan publik. Hal ini mungkin memperkuat argumen untuk memperbaiki sistem imigrasi di banyak negara (Newland, 2020).

Jepang merupakan salah satu negara yang mengalami dampak signifikan dari pandemi COVID-19 pada sektor migrasi internasional. Pada awal pandemi, Jepang memberlakukan pembatasan perjalanan dan menerapkan karantina untuk semua orang yang masuk ke negara tersebut. Namun, pada bulan Oktober 2021, Jepang mulai membuka kembali perbatasannya dan mengizinkan sejumlah kecil pelancong asing masuk ke negara tersebut. 

Dalam konteks kebijakan migrasi, Jepang telah memperkenalkan serangkaian kebijakan baru dan memperbarui persyaratan masuk bagi orang asing. Beberapa kebijakan migrasi baru yang diperkenalkan oleh Jepang setelah pandemi COVID-19 antara lain: Karantina dan pemeriksaan kesehatan yang ketat: Setiap orang yang masuk ke Jepang wajib menjalani karantina selama 14 hari dan mengikuti protokol pemeriksaan kesehatan yang ketat. 

Jika ada gejala COVID-19 yang dicurigai, orang tersebut harus segera melakukan tes PCR dan mengisolasi diri. Pembatasan jumlah masuk: Jepang membatasi jumlah orang asing yang diizinkan masuk ke negara tersebut setiap bulannya. Persyaratan ini didasarkan pada ketersediaan tempat karantina dan kapasitas pemeriksaan kesehatan (Tashiro & Shaw, 2020). 

Persyaratan visa yang diperketat: Jepang memperketat persyaratan visa untuk masuk ke negara tersebut. Beberapa kategori visa, seperti visa sementara, visa mahasiswa, dan visa tenaga kerja terampil, membutuhkan persyaratan tambahan seperti hasil tes COVID-19 yang negatif dan rencana perjalanan yang rinci. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun