Mohon tunggu...
Asran Siara
Asran Siara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Nasionalis Religius

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengapa Menteri Jokowi Grasak-grusuk Naikkan BBM?

11 Oktober 2018   12:10 Diperbarui: 11 Oktober 2018   12:44 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri ESDM, Ignasius Jonan. Foto - SindoNews.com

Hingar bingar kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat dikeluhkan disaat pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga sejumlah jenis BBM, Rabu 10 Oktober 2018 kemarin sore.

Pasca kenaikan, berikut harga BBM di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, Pertamax Rp 10.400 per liter, Pertamax Turbo Rp 12.250 per liter, Pertamina Dex Rp 11.850 per liter, Dexlite Rp 10.500 per liter, dan Biosolar Non PSO Rp.9.800 per liter. Harga diluar Jawa bisa lebih dari harga tiap jenis BBM diatas.

Sebagai contoh perbandingan di wilayah Sulawesi Barat Pertamax Rp 10.600, Pertamax Turbo Rp 12.450, Pertamax Racing, Dexlite Rp 10.700, Pertamina Dex Rp 12.100 dan Solar non-subsidi Rp 10.200.

Ada hal yang membuat publik jengah yakni Menteri  Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan sempat mengumumkan rencana kenaikan harga BBM jenis Premium dari Rp 6.550 per liter jadi Rp 7.000 per liter. Namun diralat, kurun 30 menit usai diumumkan kenaikannya.

Hal tersebut, membuat publik jengah dalam jeda satu jam kebijakan sepenting menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) berubah-ubah. Dari yang semula ingin dinaikkan, kini diumumkan dibatalkan. 

"Sesuai arahan bapak Presiden rencana kenaikan harga premium di Jamali menjadi Rp 7.000 dan di luar Jamali menjadi Rp 6.900, secepatnya pukul 18.00 hari ini, agar ditunda dan dibahas ulang sambil menunggu kesiapan PT Pertamina," ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (10/10/2018).

Diluar dari berbagai kajian ekonomi kenaikan harga BBM, September 2018 bulan lalu, pemerintah berjanji tidak akan menaikkan harga BBM. Kendati, kenaikan harga sektor ini dinilai analis pasar bisa mendongkrak nilai tukar rupiah.

Saat ini, Rupiah melemah dan bahkan sudah melampaui ambang psikologis baru, Rp15.000 per dolar AS.

Ditengah berbagai dilematis kondisi psikologis keadaan ekonomi bangsa hari ini. Mampukah Joko Widodo menyelamatkan perekonomian bangsa? Melihat realitas hari ini, Joko Widodo yang bersikukuh jadi kandidat Pilpres 2019 mendatang yang sisa menghitung bulan. Rasanya, sudah mulai kehilangan kepercayaan.

Joko Widodo gagal meyakinkan publik dan menjaga kepercayaan masyarakat atas berbagai janjinya. Hal tersebut, diperparah dengan kinerja menteri di kabinet yang membuat publik jengah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun