[caption id="attachment_335972" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar Ilustrasi (Sumber: www.liberatemedia.com)"][/caption]
Pemilu Presiden Republik Indonesia akan segera digelar tak lama lagi. Pertaruangan dan pertaruhan politik akan segera terjadi. Bukan tidak mungkin akan menjadi pertaruhan nasib untuk Indonesia lima tahun kedepan akan ditentukan diujung jari pemilih. Seperti apakah pemimpin yang akan dipilih, dan seberapa sadarkah kita bahwa apa yang terlihat tak selalu baik, apalagi yang hanya terdengar.
Diera digital dan keterbukaan informasi seperti sekarang, informasi yang diterima tidak selalu benar. Era digitalmembawa tantangan tersendiri untuk menyeleksi informasi dan menyensor untuk memilih mana informasi yang benar,layak, dan mana informasi sampah. Banyak hal-hal kecil menjadi besar tiba-tiba karena proses karbitan social media dan situs berita-berita online.Penjajahan era digital menyebabkan maraknya akun-akun social media yang dibayar untuk menaikkan pamor sesorang, terlebih saat ini banyak public figure, tokoh, penulis, dan bahkan jurnalis bersedia dibayar atau tidak dibayar untuk membuat konten meningkatkan pamor seseorang tokoh yang memiliki kepentingan. Terlepas dari dibayar atau sukarela, semua itu adalah bentuk pengkarbitan memunculkan tokoh baru yang perlu diwaspadai.
Ditengah kurangnya pengawasan terhadap media baik cetak, televisi, maupun online serta social media, maka membangun kesadaran masyarakat menjadi penting. Bayangkan jika setiap hari masyarakat terus dipengaruhi berita-berita yang disetting untuk meningkatkan seorang tokoh, bukan tidak mungkin akan melahirkan tokoh karbitan dengan minus kemampuan jika dibandingkan dengan yang lain tetapi sepi pemberitaan.
Beberapa media yang dikuasi politisi dan/atau orang-orang yang memiliki kepentingan untuk itu misalnya, jelas-jelas memberikan berita yang tidak berimbang. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan media penyeimbang agar kebutuhan dan kepentingan rakyat terpenuhi dalam batas yang baik, jujur, dan berimbang.
Selain itu, sudah saatnya masyarakat diajak untuk memahami bagaimana kualitas pemimpin yang layak dipilih. Pemimpin yang layak dipilih tentunya pemimpin yang taat, bebas kepentingan kelompok/golongan, bebas cacat sejarah, dan tentunya hindari pemimpin yang penuh kebohongan dan terkesan dipaksakan karena dibesarkan media. Pemimpin yang dibesarkan media belum tentu yang terbaik, karena Indonesia punya jutaan bahkan ribuan yang jauh lebih baik. Mari kita renungkan dan temukan pemimpin masa depan yang dalam diam bekerja nyata untuk rakyat dan menuntaskan janji kemerdekaan. Salam semangat!!. (AN/@azis_nizar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H