Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan ke arah yang lebih baik, dari awalnya bodoh menjadi pintar, dari yang awalnya tidak tahu menjadi mengerti, bahkan yang lebih tepatnya pendidikan merupakan awal dari semua kemajuan yang kita inginkan. Jika kita ingin melakukan sesuatu yang besar pendidikan adalah proses dalam menggapai semua itu, dan pendidikan juga menjadi suatu hal yang di persalahkan apakah itu sistemnya yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman atau di balik pendidikan ada sebuah kekuatan yang merusak esensi dari pendidikan itu sendiri.
Persoalan yang terjadi dewasa ini sangat mengaburkan makna asli dari pendidikan, setiap orang yang terlibat di dunia pendidikan khususnya guru sebagai obyek dari proses pendidikan, mereka menganggap bahwa anak yang pintar adalah anak yang memperoleh nilai yang bagus, dan anak begitu sebaliknya. Menyalahkan seorang guru merupakan kesalahan terbesar dalam memaknai esensi dari pendidikan dan proses berpikir akademis.
Memang harus ada orang yang bertanggung jawab atas semua masalah yang di alami oleh bangsa ini, apakah itu pemerintah atau para guru yang terlibat langsung dalam proses pendidikan. Kalau kita bisa sedikit berpikir pastilah yang disalahkan adalah pemerintah, pemerintahlah yang menentukan mau di bawa ke mana tujuan pendidikan kita,dan menanggapi tentang banyaknya guru yang tidak professional pemerintah harusnya bisa menetapkan suatu ukuran kelayakan seseorang itu layak menjadi guru atau tidak. Pemerintah juga tidak mau menjadi kambing hitam atas semua permasalahan , walaupun juga dalam kasus keterlambatan UN kemarin Mendikbud hanya mengaku bertanggung jawab tetapi bukan tanggung badan atau lebih tepatnya bersedia di hukum atas kegagalan pelaksanaan UN.
Sekolah-sekolah pun banyak yang berlomba-lomba menjaring siswa-siswi terbaik agar bisa bersekolah di tempatnya. Banyak sekolah yang favorit di isi oleh anak-anak yang pintar-pintar, sebaliknya sekolah yang biasa-biasa saja di isi oleh anak-anak yang tidak terlalu pintar. Padahal hal ini menjadikan kesenjangan antara sekolah-sekolah, Bukankah esensi dari pendidikan itu mengubah orang bodoh menjadi pintar, maka seharusnya sekolah favorit bukanlah sekolah yang di isi oleh anak yang pintar tetapi dari sekolah itu berhasil mendidik anak-anak yang bodoh menjadi orang yang pintar. Bukan sekolah yang berisi orang pintar dan memfasilitasinya.
Inilah akibatnya jika kita semua mengabaikan proses dan hanya menginginkan hasil. Setelah terjadi seperti apa yang bisa kita banggakan terhadap pendidikan, hanya mengejar nilai dan ijazah yang tidak ada artinya karena melupakan prosesnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H