Saya Azmiyatul Khusna, seorang remaja berusia 18 tahun yang kerap disapa Azmi. Orang-orang mengenal saya sebagai orang  yang introvert dan tidak banyak bicara. Saya lebih sering bepergian sendirian dan menyukai ketenangan. Meski punya banyak teman, berjalan sendiri membuat saya lebih nyaman untuk mengeskplor banyak hal.
Status saya sebagai anak pertama di keluarga membuat saya sadar akan tanggung jawab yang begitu besar. Membuat saya sadar akan tugas yang harus diemban. Membuat saya sadar akan pentingnya peran yang saya mainkan. Kehidupan saya di rumah diwarnai dengan hiruk pikuk, canda tawa, dan sorak-sorai ketiga adik saya yang menggemaskan. Rumah saya dipenuhi oleh suara bising mesin jahit dan radio yang mengiringi pekerjaan orang tua saya sebagai penjahit pakaian.
Namun sebelum ada di fase itu, ada sekilas kisah abu-abu yang turut mewarnai perjalanan hidup saya. Ketika saya duduk di bangku SMP tepatnya kelas tiga menjelang kelulusan, saya mendapat kabar pahit melalui pesan singkat yang muncul dari layar telepon genggam saya.
"Mi, Ibu sama Bapak mau cerai". Sepenggal kalimat yang membuat saya jatuh dan kehilangan arah. Sedih, marah, dan kecewa karena hal tersebut terus menyelimuti diri saya selama bertahun-tahun. Selama di fase itu, Ibu saya lah yang menguatkan saya untuk tetap menjalani semuanya dengan ikhlas.
Setelah lulus dari SMP, saya melanjutkan pendidikan SMA di MAN 1 Kota Pekalongan. Selama dua tahun saya menjalani keidupan tanpa peran seorang Ayah. Namun, hidup saya kembali berubah saat saya duduk di kelas tiga SMA. Saya kembali melihat peran Ayah namun di orang yang berbeda. Ibu saya menikah lagi dengan seorang laki-laki yang mengambil peran sebagai Ayah tiri. Singkat cerita, dikaruniailah seorang bayi perempuan yang kemudian menjadi adik saya yang nomer tiga. Sejauh ini, saya sudah mencicipi berbagai keadaan dan hal itu membuat saya belajar banyak hal.
Awalnya saya ragu untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Mengingat kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, menjadikan rasa ambisi saya untuk berkuliah di perguruan tinggi tertahan. Namun, restu dan doa orang tua membuat saya berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai mahasiswa program studi kimia seperti sekarang. Saya mengambil program studi kimia karena saya tertarik pada ilmu sains terutama ilmu kimia. Kimia adalah ilmu yang menarik untuk dipelajari, reaksi yang ditimbulkan saat melakukan percobaan selalu berhasil membuat saya terkesan. Selain tertarik pada ilmu sains, saya juga tertarik pada seni dan musik. Menggambar, membaca buku, dan bermain gitar menjadi hobi yang saya lakukan ketika sedang merasa bosan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H