Mohon tunggu...
Putri AzmiMillatie
Putri AzmiMillatie Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa S2 Ketahanan Energi, Universitas Pertahanan Indonesia

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi Kepemimpinan Sultan Hasanudin

10 Juli 2023   17:05 Diperbarui: 10 Juli 2023   17:13 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada keilmuan Kepemimpinan Strategis, komunikasi adalah hal terpenting agar antara seorang pemimpin dan yang dipimpinnya memiliki gambaran yang sama terkait pesan yang disampaikan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Seorang pemimpin akan dikatakan berhasil jika memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni. Komunikasi dalam kepemimpinan dimaksudkan agar intruksi yang disampaikan seorang pemimpin kepada bawahannya dapat dipahami dengan jelas dan mudah dipahami. Komunikasi kepemimpinan juga dimiliki oleh banyak tokoh di berbagai belahan dunia, tak terkecuali para pahlawan yang memimpin pasukan untuk mempertahankan tanah air dari serangan para penjajah.

Sultan Hasanudin adalah salah satu tokoh di Indonesia yang memiliki talenta komunikasi kepemimpinan yang baik terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan strategi. Sultan Hasanudin adalah seorang pemimpin yang pandai dalam merancang dan melaksanakan strategi dalam konteks perlawanan terhadap penjajahan Belanda di Sulawesi Selatan. Dirinya menunjukkan kepemimpinan yang cerdas dan taktis dalam menghadapi musuh yang jauh lebih kuat secara militer. Beberapa contoh strategi yang dilakukan oleh Sultan Hasanudin adalah:

  • Menggunakan Taktik Perang Gerilya: Sultan Hasanudin dan pasukannya mengadopsi taktik perang gerilya yang efektif melawan pasukan Belanda. Mereka menggunakan medan Sulawesi Selatan yang sulit dan hutan belantara sebagai tempat perlindungan dan melakukan serangan mendadak terhadap pasukan Belanda. Taktik ini memungkinkan mereka untuk memaksimalkan kekuatan mereka dan mengurangi kelemahan dalam pertempuran langsung melawan pasukan yang lebih besar dan lebih terlatih.
  • Menggabungkan Pertempuran Darat dan Pertahanan Benteng: Sultan Hasanudin memanfaatkan benteng-benteng yang ada di wilayahnya sebagai titik pertahanan strategis. Dia secara cerdas menggabungkan taktik perang gerilya dengan pertempuran dalam benteng untuk mempertahankan wilayahnya. Benteng-benteng ini memberikan perlindungan dan keuntungan taktis dalam pertempuran melawan pasukan Belanda.
  • Menggunakan Diplomasi dan Persekutuan: Sultan Hasanudin juga menggunakan diplomasi untuk memperoleh dukungan dari suku-suku dan kerajaan lain di sekitarnya. Dia menjalin persekutuan dengan penguasa lokal dan suku-suku yang memiliki kepentingan bersama dalam melawan penjajahan Belanda. Dengan cara ini, dia dapat memperkuat pasukannya dan memperluas basis perlawanan terhadap penjajah.
  • Mengoptimalkan Sumber Daya dan Keunggulan Lokal: Sultan Hasanudin mengandalkan pengetahuan dan keahlian lokal dalam pertempuran. Dia memanfaatkan pengetahuan tentang medan, cuaca, dan sumber daya alam setempat untuk menguntungkan pasukannya. Misalnya, penggunaan sungai dan rawa-rawa sebagai benteng alami atau menggunakan hutan dan gua sebagai tempat berlindung dan strategi serangan mendadak.

Melalui strategi-strategi ini, Sultan Hasanudin mampu mempertahankan wilayahnya melawan penjajah Belanda dalam jangka waktu yang lama. Meski demikian, Sultan Hasanudin juga dapat dianggap sebagai seorang "sensemaker" atau pembuat makna. Hal ini karena beliau berhasil menciptakan makna dan memperkuat identitas kolektif melalui tindakan dan perjuangannya. 

Sebagai seorang pemimpin, Sultan Hasanudin berhasil mengartikulasikan dan mengkomunikasikan makna yang penting bagi masyarakatnya. Dia mampu menggambarkan penjajahan Belanda sebagai bentuk penindasan dan pelanggaran terhadap kedaulatan dan kehormatan bangsa. Melalui pidato, pernyataan, dan tindakan-tindakannya.

Di sisi lain Sultan Hasanudin juga berperan dalam menggali dan memperkuat identitas kolektif masyarakat Sulawesi Selatan. Ia memanfaatkan simbol-simbol dan ritual yang kuat dalam budaya Sulawesi Selatan untuk memperkuat ikatan dan menghidupkan semangat perlawanan. Misalnya, upacara-upacara yang melibatkan para kepala suku dan kerajaan diadakan untuk menguatkan solidaritas dan memperkuat komitmen dalam perjuangan melawan penjajahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun