Mohon tunggu...
Azmil ihsan Nursidik
Azmil ihsan Nursidik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi di Universitas Negeri Malang, saya memiliki hobi menulis. Saya merupakan mahasiswa yang aktif berorganisasi, sejak SMP saya sudah mengikuti organisasi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bahaya, Alami Pertumbuhan Ekonomi Negatif Selama Dua Kuartal, Ekonomi Jepang Resesi

2 April 2024   09:00 Diperbarui: 2 April 2024   09:18 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Data resmi pemerintah Jepang pada Kamis (15/2) menunjukkan bahwa ekonomi negara tersebut telah masuk ke dalam resesi setelah mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut pada kuartal ketiga dan keempat tahun lalu.

Perekonomian Jepang, merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Saat ini Jepang Tengah resesi. Resesi sendiri ialah penurunan ekonomi atau ekonomi negatif yang terjadi selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.  Data dari Kantor Kabinet Pemerintah Jepang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonominya mengalami penurunan selama dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal III 2023, pertumbuhan ekonomi negatif mencapai 3,3% (quarter-to-quarter, annualized), yang diikuti oleh angka negatif 0,4% (quarter-to-quarter, annualized) pada kuartal IV 2023.

Menurut laporan "Japan's Economy Slips Into Recession and to No. 4 in Global Ranking" yang diterbitkan oleh New York Times (15/2/2024), ada sejumlah faktor yang menjadi pemicu bagi resesi yang melanda Jepang. Faktor-faktor tersebut meliputi perlambatan belanja perusahaan, penurunan belanja konsumen, inflasi yang tinggi, serta melemahnya mata uang yen.

Selain itu, Shinichiro Kobayashi, seorang ekonom dari Mitsubishi UFJ Research and Consulting, menjelaskan bahwa perekonomian Jepang saat ini juga mengalami polarisasi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kenaikan harga barang dan upah. "Saat keuntungan korporasi meningkat, harga barang juga naik, namun upah tidak dapat mengimbanginya dan konsumen menjadi enggan untuk berbelanja," kata Kobayashi, seperti yang dilansir oleh New York Times (15/2/2024). "Pertanyaan besar yang muncul adalah, apakah pekerja Jepang akan mendapatkan kenaikan gaji yang signifikan tahun ini. Keputusan berada di tangan korporasi," tambahnya.

Seiring dengan jatuhnya Jepang ke jurang resesi mengakibatkan Jepang kehilangan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia, yang kini telah ditempati oleh Jerman. Hal ini disebabkan oleh PDB nominal Jepang untuk tahun 2023, yang tidak disesuaikan dengan inflasi, mencapai 591,48 triliun yen (1 yen = Rp104,17), setara dengan 4,21 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp15.585). Angka tersebut lebih kecil daripada ukuran ekonomi Jerman yang mencapai 4,46 triliun dolar AS, seperti yang dilaporkan oleh media lokal.

Resesi ekonomi Jepang memiliki dampak yang luas, tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi tetapi juga berpotensi mempengaruhi stabilitas sosial dan politik di negara tersebut. Dengan adanya tantangan ini, pemerintah Jepang dan para pemangku kepentingan lainnya diharapkan bekerja sama untuk mengatasi masalah ini dan memulihkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun