Beberapa hari sebelum lebaran pengurus DPP Ikatan Pengusaha Kenshuusei Indonesia menerima undangan silaturahmi dari Bapak Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia. Undangan tersebut jatuh pada hari ini 27 April. Beberapa orang pengurus sudah diplot untuk menghadiri undangan tersebut termasuk saya. Namun saya harus tarik diri karena mendapat tugas dari Ayah untuk bersilaturahmi ke Probolinggo dihari yang sama, ke rumah om saya.Â
Saya menulis cerita ini sudah on the way mau pulang ke Jakarata, sambil menunggu penerbagan dari bandara Djuanda. Saya harap tulisan ini mudah dimengerti dengan cara penyampaian yang rada rada berbahasa medsos tapi mengandung aroma akademis. Tidak seperti menulis cerita biasa kalau akademis ini menulisnya agak kompleks, heheheh
Saya teringat dengan inovasi tentang pendekatan regenerasi yang diungkap oleh MA Walker ahli dari MIT pada tahun 2009 yang dikenal dengan Brain Gain. Kemudian teori ini oleh para ahli dimaknai sebagai kembalinya pemuda professional yang berpendidikan atau yang berkeahlian dari perantauan (apakah itu di luar negeri atau perkotaan untuk sekolah atau magang) ke kampung halamannya di desa. Lalu inovasi ini berkembang di Eropa, Asia dan Afrika menjadi solusi ketimpanagn sosial ekonomi antara perkotaan dan pedesaan di suatu negara.
Aktor brain gain yaitu pemuda yang berkeahlian yang kembali ke kampung halamanya, kemudian di kampung halaman mereka mengaplikasikan keahliannya lalu bermetamorfosa, kemudian mandiri sehingga dapat membuka lapangan kerja dilingkungannya tersebut.
Inovasi brain gain ini relasinya dekat sekali dengan alumni pemagang Jepang dibawah naungan IKAPEKSI. IKAPEKSI sedang bekerja dan terus akan bekerja sesuai dengan model Brain Gain ini. Setelah selesai magang di Jepang kemudian para alumni magang dapat mandiri di kampung halamanya syukur syukur bisa memberdayang orang orang dilingkunganya.
Pemagangan ke Jepang adalah pemagangan formal selama tiga tahun yang didesign oleh Kemeterian Ketenagakerjaan dengan out put dapat menghasilkan pemuda yang berkeahlian, memiliki etos kerja dan berdisiplin tinggi. Estafet ini dilanjutkan oleh design program IKAPEKSI dengan memfasilitasi para alumni magang untuk bisa memilih bidang usaha yang ingin ditekuni agar lebih terarah melalui workshop atau pelatihan wirausaha yang dibimbing langsung oleh senior yang sudah sukses dibidangnya, seperti bidang manufaktur, transportasi, kuliner, pertanian, perkebunan, perikanan dan lain sebagainya. Bahkan ada hasil produk usaha alumni yang sudah menembus pasar ekspor. Ini pencapaian yang luar biasa.
Belum lama ini saya berkunjung ke Lombok, disana bertemu dengan alumni yang sudah menjadi juragan kulinair ayam taliwang yang sudah memiliki 4 cabang restoranya. Ada nilai kearifan local disini. Ketika saya ke Bali juga bertemu dengan alumni yang memiliki usaha travel penyewaan kendaraan. Dan banyak lagi jenis usaha alumni yang dapat saya temui.
Contoh lain adalah teman diskusi saya, kakanda Herman dari Cianjur Jawa Barat. Bapak Herman tekun dibidang pertanian sayuran dan pertamanan. Kebetulan juga diplot hadir dalam silaturahmi malam ini. Seperti kita ketahui Jawa Barat merupakan sentara pertanian. Ada nilai kearifan local juga dalam metamorfosa pak Herman. Saat ini sudah bisa memberdayakan beberapa orang dilingkunganya sebagai karyawan. Selain itu Bapak Herman juga merupakan calon legislatif 2024 dari salah satu partai politik. Ini pencapaian luar biasa. Dalam hal ini Bapak Herman bisa mengumpulkan modal sosial yang kuat hingga bisa mendapat tiket sebagai calon legislatif.
Sudah banyak alumni magang Jepang yang mandiri setelah kembali dan bermetamorfosa di kampung halamanya dengan modal hard dan soft skill yang dibawa dari perantauan.Â
Singkat kata, karena saya juga sudah mau terbang. Model brain dalam konteks alumni magang Jepang  ini jika diterapkan dengan baik bisa menjadi solusi regenerasi di berbagai bidang. Seperti bidang pertanian, perikanan perkebunan dan lain sebagaianya. Sehingga pembagunan berkelanjutan yang dicanangkan oleh pemerintah bisa tercapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H