Anda tentu kenal dengan permainan papan strategi yang lebih dikenal dengan istilah permainan catur. Permainan catur dimainkan dua orang dalam area kapasitas gerak 64 kotak yang dibagi dua.Â
Masing masing kotak memiliki warna putih atau hitam. Tidak mengenal kelas sosial, tidak tergerus zaman permainan ini dapat ditemui mulai dari pangkalan ojek sampai ruang kerja kekaisaran. Penggemar permainan ini mulai dari preman warung sampai presiden.
Mengutip dari id.wikipedia permainan catur berasal dari India dan diperkirakan menjadi nenek moyang permainan catur lainya seperti xiangqi dari Tiongkok, janggi dari Korea, atau shogi dari Jepang.
Kalua anda penggemar dorama atau film Jepang anda pasti sering menyaksikan scene permainan shogi yang dimainkan oleh elite elit kerajaan. Saya sendiri penggemar film jepang dan dorama jepang, dari situ saya bisa memperbaiki kemampuan bahasa jepang saya.Â
Beda dengan istri yang sukanya nonton drama China seperti the king woman, the legend of fuyao atau lain sebagainya tapi sampai saat ini dia tidak mengerti bahasa mandarin hehehe.
Macam macam bidak catur yang kita kenal antara lain pion, kuda, benteng, gajah, ratu (queen), raja (king) yang masing masing memiliki karakteristik gerak yang berbeda.Â
Yang paling kuat adalah queen yang merupakan gabungan dari kekuatan gajah dan benteng sedangkan yang paling lemah adalah pion. Dimana kekuatan masing masing dari bidak diukur dari jumlah petak yang bisa dijangkau oleh bidak tersebut.
Pagi ini saya membaca di salah satu media online yang mengulas perbandingan kekuatan ratu dan raja. Mengapa kemampuan ratu melebihi kemampuan raja.
Menurut sejarawan pada awalnya daya jangkau ratu adalah paling lemah diantara kemampuan bidak lainya. Ratu hanya bisa melangkah satu diagonal kanan dan kiri saja. Kemudian pada perjalanannya permainan catur menjadi sangat popular di Eropa. Menjadi kegemaran kaum bangsawan Eropa Â
Seiring perjalanan monarki kerajaan di Eropa pada masa itu di abad 15 banyak ratu ratu yang menjadi pimpinan kerajaan. Terdapat 18 perempuan yang menasbihkan diri menjadi pemimpin kerajaan di Eropa. Dan hal inilah yang mempengaruhi permainan catur ketika itu.Â
Mengiringi perkembangan monarki kala itu peraturan permainan catur mengalami revisi. Jangkauan queen menjadi gabungan kekuatan gajah dan benteng.Â
Hingga dalam permainan papan catur queenlah yang menjadi symbol kekuatan. Gugurnya queen dalam pertandingan catur menjadi penentu jalannya permainan. Karena fungsinya yang sangat sentral yaitu sebagai pelindung raja.
Dalam etnis minang kabau juga ada queen. Queen mother. Dialah bundo kanduang. Ibu sejati. Gelar bundo kanduang disematkan pada perempuan sulung dalam suatu suku atau rumah gadang. Tepatnya perempuan sulung yang sudah menikah. Latar belakang untuk mendapat sematan bundo kanduang bagi seorang perempuan sangatlah kuat.Â
Bundo kanduang sangat power full. Bundo kanduang adalah sosok yang bijaksana. Memiliki banyak ketermapilan seperti memimpin, memasak, menjahit, problem shooter dan lain sebagainya. Bundo kanduanglah yang menjaga keutuhan rumah gadang. Menjadi pelindung bagi mamak (paman) atau datuk (raja).Â
Jika bundo kandung wafat dalam suatu suku atau rumah gadang, maka keluarga tersebut cenderung rapuh karena bundo kanduang sebagai pemersatunya sudah tidak ada.
Bagi perantau minang sendiri hadirnya bundo kandunag dikampung sangat memiliki arti penting. Kehadiran bundo kanduanglah yang menarik para perantau untuk pulang ke kampung halamanya untuk berkumpul dengan keluarga.Â
Hanya bundo kanduang yang mampu menyatukan keluarga yang terpencar di daerah daerah tertentu bahkan yang diluar negeri sekalipun mungkin dikarenakan alasan kerja, belajar atau bisnis.
Mungkin banyak yang berhasil menjadi professor, CEO perusahaan, saudagar sukses atau selebritas di perantauan dan mereka semua akan pulang ke kampung halamnya karena kuatnya ikatan mereka dengan bundo kanduang.
Jadi jika ada pertanyaan, sebarapa kuat bundo kanduang di Ranah Minang? Jawabnya adalah melebihi kekuatan queen di papan catur. Â