Mohon tunggu...
Asmi Dg. Bella
Asmi Dg. Bella Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Imam Masjid Nurul Amir Mu'min

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Daeng Basri Menikmati Profesi Petani Gula Aren di Sapakeke

4 Juli 2020   15:27 Diperbarui: 4 Juli 2020   15:22 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sapakeke Gowa - Aren termasuk tanaman serbaguna yang semua bagiannya bisa dimanfaatkan. Bagian daun aren bisa digunakan untuk pembungkus, buahnya untuk dikonsumsi, nira bisa digunakan sebagai bahan baku gula, batangnya untuk pembuatan perkakas, dan akarnya pun bisa digunakan sebagai obat herbal. Dengan banyaknya kegunaan dari tanaman aren tersebut, menjadi inspirasi petani untuk membudidayakannya.

Dalam membudidayakan aren, anda harus memahami syarat tumbuhnya terlebih dahulu. Daeng Basri sebagai petani aren telah membuktikan dengan mengolah air nira menjadi gula, proses pengolahannya pun masih bersifat tradisional.

Daeng Basri tinggal di sebuah Dusun terpencil, Dusun Sapakeke Desa Buakkang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan ini menyadap Air Nira setiap pagi dan sore, air nira yang telah disadap dengan menggunakan alat sederhana langsung dimasak agar tidak basi dan menjadi asam, kalau asam nanti menjadi tuak. Pemanasan wajan tersebut juga menggunakan kayu bakar guna menghasilkan kwalitas gula aren yang baik, dengan menggunakan kayu bakar panasnya merata sehingga hasilnya akan lebih berkualitas," ujar Daeng Basri

Setelah mengental, maka dimasukkan ke dalam cetakan yang telah dibuat dari tempurung kelapa yang. Ditunggu selama sepuluh menit maka gula aren pun siap untuk dijual.

"Dari sepuluh liter air nira dapat menghasilkan dua sampai tiga kilogram Gula Aren siap jual, harganya sekutar 20 Ribu Rupiah perkilogram, " jelasnya.

Setiap hari dari satu pohon Daeng Basri mendapatkan rata-rata empat kilogram Gula Aren yang dijual seharga Rp. 80 ribu. "Saat ini ada empat pohon yang saya  kelola, Alhamdulillah setiap hari kami bisa mengumpulkan hingga empat Kilogram Gula Aren," jelas Daeng Basri.

Ia mengharapkan perhatian pemerintah agar petani gula aren di Sapakeke Desa Buakkang ini tetap dilestartikan dengan mengharapkan bantuan peralatan seperti wajan dan cetakan gula dan lain-lain sehingga petani gula aren juga bisa sukses seperti petani lainnya.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun