Mohon tunggu...
azmi sirajuddin
azmi sirajuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Sejak di bangku sekolah senang dengan dunia penulisan

Bekerja di oganisasi non-pemerintah dan menetap di Sulawesi Tengah. Juga bergiat sebagai jurnalis lepas.penerjemah lepas dan peneliti lepas. Berkonstrasi pada isu-isu lingkungan hidup, perlindungan masyarakat lokal dan masyarakat adat, serta hak azasi manhsia, Di level nasional, bergiat pula di organisasi non-pemerintah, tepatnya di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), sebagai Dewan Nasional WALHI

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menerka Politik Iklim Global Amerika Serikat di Bawah Kendali Joe Biden

28 Desember 2020   11:46 Diperbarui: 28 Desember 2020   12:23 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

*Azmi Sirajuddin

Pemilihan Presiden Amerika Serikat di awal bulan November 2020 telah berakhir, dengan kemenangan Joe Biden yang berpasangan dengan Kemala Harris. Dikutip dari laman google, kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat tersebut bersama kandidat Wapresnya Kemala Harris, hingga hari terakhir voting day telah mengakumulasi sekitar 51.4% dari electoral votes, meninggalkan seterunya Donald Trump sang petahana dengan kisaran suara 46.9%. 

Raihan suara Biden-Harris tersebut merupakan raihan terbanyak dalam sejarah Pilpres AS. Jika kemenangan pasangan Demokrat itu disahkan oleh Mahkamah Agung AS, maka pada bulan Januari 2021, Joe Biden dan Kemala Harris akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden AS ke-46.

Akan tetapi, ada sisi lain yang penting dari sekedar kemenangan Biden atas Trump dalam Pilpres AS itu. Perhatian dunia saat ini tertuju kepada politik iklim global yang akan dijalankan oleh Biden dan Harris. 

Tak berapa lama setelah dinyatakan menang dalam putaran Pilpres secara nasional, tepatnya di pertengahan November 2020, Biden telah mengumumkan komposisi perdana kabinet kerjanya. Dari semua posisi di kabinet yang diumumkan tersebut, posisi Utusan Khusus (Special Envoy) untuk perubahan iklim yang akan ditempati John Kerry, menjadi sorotan masyarakat dunia.

John Kerry bukanlah sosok baru bagi kalangan pemerintahan di AS, terutama yang berkaitan dengan isu perubahan iklim. Kerry, tatkala menjadi Menteri Luar Negeri Presiden Barack Obama, sangat berperan besar dalam membawa gerbong AS ke perundingan iklim global. Kerry pula yang meyakinkan Presiden Obama agar AS ikut menyepakati Perundingan Paris (Paris Agreement) pada tahun 2016, tepat di akhir priode kedua pemerintahan Presiden Obama. 

Kesuksesan Kerry dalam memastikan AS menyepakati Perundingan Paris, memberi kredit tersendiri bagi Presiden Obama dan pemerintah AS dalam kancah perundingan iklim global. Melepas kekhawatiran besar masyarakat dunia tentang komitmen AS terhadap penurunan emisi gas rumah kaca. 

Sayang sekali, di era pemerintahan Presiden Trump, kubu AS menghindari komitmen yang disepekati di Perundingan Paris. Alih-alih berupaya secara domestik mengurangi penggunaan energi fosilnya, justru Presiden Trump secara terang-terangan memberi keleluasaan agar pelaku industri dan orang-orang kaya di AS tidak perlu membatasi konsumsi energi kotornya. Sebagai sinyal perlawanan Presiden Trump terhadap ekspansi produk-produk Tiongkok ke negeri Paman Sam.

Oleh sebab itu, di saat Presiden Biden menunjuk John Kerry sebagai Utusan Khusus Presiden AS untuk perundingan iklim global selama empat tahun ke depan, atensi dan apresiasi masyarakat dunia terhadap AS kembali didapatkan. 

Untuk memperkuat komitmen iklim global AS, Presiden Biden dikabarkan pula memasukan Kerry ke dalam struktur Dewan Kemanan Nasional (National Security Council). Dimasukannya Kerry ke dalam anggota Dewan Keamanan Nasional AS, menunjukan bahwa Presiden Biden menilai jika krisis iklim global merupakan ancaman terhadap keamanan nasional.

Salah satu artikel di media The New York Times berjudul "With John Kerry Pick, Biden Select A Climate Envoy With Stature", yang ditulis oleh Lisa Friedman, menguraikan penempatan Kerry di pos Utusan Khusus AS untuk perundingan iklim, akan mengembalikan kredibilitas AS di kancah perang melawan krisis iklim global, yang sempat ambruk ke titik terendah di bawah pemerintahan Presiden Trump. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun