David Hume berpendapat bahwa kita tidak bisa benar-benar mengetahui keberadaan atau objek di luar pikiran kita secara pasti. Semua pengetahuan dan ide-ide kita berdasarkan impresi, pengaruh yang ada pada pikiran atau perasaan (kesan). Contohnya seseorang menonton sebuah film, seseorang tersebut dapat merasakan impresi dalam alur cerita atau acting (watak) para tokoh dari film tersebut dan menciptakan kesan mendalam dalam ingatan.
Filsafat empirisme mengganggap valid suatu objek jika dapat diamati, dipersepsikan, atau dirasakan melalui panca indera. Keberadaan dalam filsafat empirisme itdak lepas dari persepsi dan pengalaman langsung dari panca indera kita, dan hal ini bertentangan dengan pandangan-pandangan lain yang menyatakan bahwa suatu objek memiliki eksistensi independen dari kita seorang pengamat.
Referensi
[1] Susanti Vera, R. Yuli A. Hambali., 2021. Aliran Rasionalisme dan Empirisme dalam Kerangka Ilmu Pengetahuan. Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, vol. 1 No. 2, Hal. 59-73.
[2] Sativa,. 2011. Empirisme, Sebuah Pendekatan Penelitian Arsitektual. Journal UNY, Vol. Vii No. 2, Hal. 115-123.
[3] Marilang, Fitri Maylan Haq., 2024. Epistemologi Empirisme. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisipline, Vol. 2 No. 3, Hal. 494-498.
Biodata penulis:
Nama : Azkiyah Iklilah Hamidah
Status : Mahasiwa
Aktivitas : Traveling, menonton film, menulis, dan mengedit foto/video
Alamat : Rungkut, Surabaya