Mohon tunggu...
Azkiya Salsabila
Azkiya Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Interests: Education in general, Pop Culture, Music, Literature, and Films

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Muatan Lokal Bahasa Jawa Banten Sebagai Aktualisasi Etnopedagogi di SDN Banjar Agung 2

29 November 2024   19:22 Diperbarui: 1 Desember 2024   01:59 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang

Kearifan lokal merupakan sebuah frasa yang memiliki banyak arti dan makna. Secara umum, kearifan lokal merupakan budaya yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Kearifan lokal muncul dari adanya interaksi manusia dengan alam serta manusia lainnya yang ditanamkan ke beberapa generasi melalui tradisi. Warisan budaya ini dapat berupa bahasa, adat istiadat, kepercayaan, histori, dan filosofi kehidupan. Kearifan lokal ini perlu dijaga agar tidak luntur, punah, ataupun dilupakan oleh manusia.

Zaman yang sudah modern dan global ibarat pedang bermata dua bagi eksistensi kearifan lokal. Pada satu sisi, manusia lebih mudah untuk memperkenalkan budaya lokal kepada masyarakat dari daerah lain, maupun mempelajari dan mengenal budaya-budaya asing. Namun, tanpa disadari hal ini justru dapat menggerus kearifan lokal yang sudah eksis sejak zaman dulu. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk membalikkan arus hilangnya kearifan lokal, salah satunya adalah melalui bidang pendidikan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki selain memiliki tugas untuk mengembangkan potensi peserta didik juga memiliki tugas lain, yaitu melestarikan kebudayaan masyarakat. Menurut Indrawan, dkk. (dalam Fairus, dkk., 2024:195), Integrasi kearifan lokal dapat dimulai dari sumber belajar, proses pembelajaran, kurikulum, hingga implementasi di lembaga pendidikan. Pengintegrasian kearifan lokal ke dalam pembelajaran dapat membantu peserta didik memahami budaya mereka, terhubung lebih dekat dengan lingkungan mereka, dan lebih siap menghadapi tantangan global. Konsep aktualisasi kearifan lokal ke dalam pembelajaran disebut dengan etnopedagogi (Sugara dan Sugito, 2022:93). Etnopedagogi melihat kearifan lokal sebagai sumber inovasi yang dapat digunakan untuk kemasalahatan masyarakat. Salah satu sekolah yang mengaktualisasikan etnopedagogi adalah SDN Banjar Agung 2 yang mengintegrasikan kearifan lokal sebagai bagian dari pembelajaran, yaitu dengan adanya muatan lokal Bahasa Jawa Banten (BJB). Hal ini menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk dikaji, sehingga peneliti melakukan penelitian yang berjudul "Muatan Lokal Bahasa Jawa Banten Sebagai Aktualisasi Etnopedagogi di SDN Banjar Agung 2".

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

  • Apa yang mendasari adanya muatan lokal Bahasa Jawa Banten di SDN Banjar Agung 2?
  • Apa saja faktor pendukung dan penghambat pembelajaran Bahasa Jawa Banten di SDN Banjar Agung 2?
  • Bagaimana bentuk aktualisasi etnopedagogi pembelajaran Bahasa Jawa Banten di SDN Banjar Agung 2?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • Mendeskripsikan hal yang mendasari adanya muatan lokal Bahasa Jawa Banten di SDN Banjar Agung 2.
  • Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pembelajaran Bahasa Jawa Banten di SDN Banjar Agung 2.
  • Mendeskripsikan bentuk aktualisasi etnopedagogi pembelajaran Bahasa Jawa Banten di SDN Banjar Agung 2.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah salah satu dari jenis penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan startegi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki kejadian, fenomena kehidupan individu-individu dan meminta seseorang atau sekelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi deskriptif. Karakteristik dari deskriptif sendiri adalah data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar dan bungkan angka-angka sperti penelitian kuantitatif.

Teknik Pengumpulan Data

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun