Saat ini, generasi z yang lahir pada rentang tahun 1997-2012 mulai mendominasi dunia, dimana rentang usia gen z ini berkisar antara 8-23 tahun yang merupakan ranah anak sekolah sampai dewasa muda. Sebagai generasi z yang kelak akan menjadi penopang bangsa, penting bagi kita untuk memperbaiki kualitas hidup dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam negeri. Untuk itu, masalah-masalah terutama yang berkaitan dengan kesehatan harus diberi perhatian penuh sedini mungkin. Salah satu problem yang masih erat kaitannya dengan anak muda khususnya generasi z perempuan adalah anemia.
Anemia merupakan kondisi kelainan sel darah merah baik itu karena kurangnya sel darah merah dalam tubuh maupun karena sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan baik. WHO menyebutkan prevalensi anemia wanita Indonesia sebesar 23,9% dengan prevalensi anemia wanita usia 5-14 tahun sebesar 26,4% dan usia 15-25 sebesar 18,4%. Berdasarkan data dari Riskesdas 2018, ada kenaikan kasus anemia pada remaja putri dari 37,1% pada tahun 2013 menjadi 48,9% pada tahun 2018. Kenaikan ini membuktikan bahwa masih kurangnya kesadaran remaja putri terkait kondisi tubuh mereka.
Anemia sendiri terdiri dari dua golongan, yaitu anemia non-gizi dan anemia gizi. Anemia non-gizi adalah anemia yang bukan disebabkan oleh kesalahan pola konsumsi/kurangnya asupan gizi, tetapi karena kelainan kondisi tubuh, seperti anemia aplastik yang terjadi karena ketidakmampuan sumsum tulang belakang memproduksi cukup sel darah merah sebab kelainan genetik atau keturunan, anemia sel sabit dimana bentuk sel darah merah seperti sabit yang kaku sehingga mudah menyumbat pembuluh darah dan cepat rusak mengakibatkan peredaran oksigen ke seluruh tubuh terhambat sebab kelainan genetik, serta thalassemia yang merupakan kelainan genetik dimana protein pembentuk hemoglobin tidak terbentuk/tidak mencukupi sehingga sel darah merah mudah pecah.
Untuk anemia golongan kedua yakni anemia gizi adalah yang sering ditemui di kalangan perempuan muda, yaitu anemia defisiensi besi dan anemia defisiensi vitamin B12 - asam folat (anemia megaloblastik). Keduanya disebabkan oleh pola makan yang kurang tepat yang menyebabkan kurangnya asupan vitamin dan mineral ke dalam tubuh (defisiensi mikronutrien). Pembentukan hemoglobin memerlukan zat besi sehingga apabila zat besi dalam tubuh kurang, hemoglobin yang terbentuk pun kurang dan menyebabkan tubuh kekurangan pasokan oksigen. Begitupun halnya dengan kekurangan vitamin B12 dan asam folat dimana defisiensi tersebut menyebabkan pembentukan sel darah merah baru terganggu dan mengakibatkan ukuran sel darah merah menjadi lebih besar dari ukuran normal.
Bahaya umum dari anemia adalah akibat dari kekurangan pasokan oksigen seperti kesulitan berkonsentrasi, mudah lupa, dan penurunan kemampuan berpikir yang dapat mempengaruhi prestasi dan produktivitas belajar anak di sekolah, sedangkan dampak jangka panjang anemia ada pada kerusakan fungsi organ seperti jantung dan paru-paru karena organ-organ tersebut kekurangan oksigen sehingga harus berusaha lebih keras dalam menjalankan tugasnya.
Dengan segala bahaya anemia di atas, apakah pemerintah sudah mengambil tindakan untuk kita?
Jawabannya sudah. Pemerintah telah menetapkan kebijakan pemberian 'Tablet Tambah Darah (TTD)' pada remaja dan mengharuskan mereka meminumnya setiap sekali seminggu dengan tujuan utama mencegah anemia/kekurangan sel darah merah. Â Namun ternyata tidak hanya itu, TTD memiliki beberapa manfaat lain yang penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan perempuan muda, yakni:
- Menunjang fase tumbuh kembang; Memberikan tambahan suplemen zat besi untuk mencukupi zat besi dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan pemerintah yakni 15 mg perhari
- Support kebutuhan zat besi; Terkadang masih ada remaja putri yang tidak mengonsumsi besi cukup atau dalam program diet sembarangan yang membutuhkan suplemen tambahan untuk menunjang kebutuhan mineralnya
- Menjaga kemampuan berpikir dan daya tahan tubuh; Kesulitan berkonsentrasi akibat anemia akan minim terjadi apabila anemia itu dicegah, Maka dari itu TTD penting sebagai bagian dari pencegahan anemia dan meningkatkan kemampuan otak serta menjaga imunitas tubuh
- Investasi kesehatan jangka panjang; Manfaat ini berkaitan dengan fitrah Perempuan sebagai inividu yang bisa hamil dan menyusui. Pencegahan anemia dini bisa menjadi faktor pendukung kehamilan yang sehat di masa yang akan datang, dan tidak dipungkiri, anak yang akan dilahirkan juga bisa tumbuh sehat dan terhindar dari kekurangan gizi (stunting)
Selain TTD, remaja perempuan juga harus memperbaiki pola hidup khususnya pada pola makan, dengan menambah asupan makanan yang kaya zat besi. Bahan pangan kaya zat besi tidaklah mahal, contohnya bayam, brokoli, dan kacang merah. Sayur-sayuran tersebut bisa diolah menjadi makanan yang enak. Protein nabati seperti tahu dan tempe juga mengandung cukup tinggi zat besi. Untuk yang lebih mahal, kita bisa beralih pada protein hewani contohnya daging merah (daging sapi dan kambing), hati dan jeroan, dan makanan laut (seafood) seperti kerang. Namun perlu diingat, konsumsi hewani yang tinggi lemak jenuh juga perlu dibatasi untuk mencegah naiknya kolesterol ataupun lemak dalam darah yang menjadi faktor risiko hipertensi.
Pada kesimpulannya, peningkatan prevalensi anemia pada perempuan muda membutuhkan kepedulian yang lebih untuk ditangani, terutama pada anemia gizi akibat kekurangan konsumsi zat besi dan vitamin B12-asam folat. Kondisi anemia yang parah mengancam produktivitas kita sebagai generasi muda karena menyerang konsentrasi, kemampuan berpikir, dan daya tahan tubuh, maka dari itu kesadaran generasi muda dibutuhkan untuk melek terhadap program yang telah diusung pemerintah dan mematuhinya untuk perbaikan kualitas diri masing-masing, serta memperbaiki pola konsumsi sehari-hari dengan menambah asupan makanan kaya zat besi seperti sayuran hijau, protein nabati, dan protein hewani yang bisa ditemukan dengan mudah dimana saja.
Sumber: