Mohon tunggu...
Azkiya Musfirah A
Azkiya Musfirah A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Life To Learn

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lewati Hari Gizi Nasional 2024, Tingkatkan Kembali Kesadaran pada Masalah Gizi Remaja

19 Maret 2024   11:15 Diperbarui: 19 Maret 2024   11:31 1254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.klikdokter.com/info-sehat/

Hari Gizi Nasional yang diperingati pada 25 Januari 2024 lalu membawa kembali semangat kita pada isu-isu gizi nasional sebagai bentuk kesadaran dan kepedulian kita terhadap diri masing-masing untuk tetap menjaga Kesehatan seiring dimulainya tahun baru.

Jika membahas permasalahan gizi di Indonesia, maka yang pertama terlintas di pikiran kita mungkin adalah stunting, dimana masalah gizi balita yang satu ini memang masih terus diperjuangkan penurunannya oleh pemerintah kita. Namun kita juga tidak boleh abai terhadap permasalahan gizi yang dialami di fase kehidupan selanjutnya, yaitu remaja. Bukan hanya balita yang memiliki keterkaitan erat dengan gizi, hingga remaja pun asupan makanan dan aktivitas fisik harus dipantau ketat untuk menghindari munculnya masalah gizi pada tiap individu sekolah menengah hingga mahasiswa universitas.

Salah satu permasalahan gizi yang umum dikenal adalah anemia. Data dari Riskesdas tahun 2018 menyebutkan prevalensi anemia pada remaja sebesar 32%, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Tentunya prevalensi ini bukan angka yang kecil, mengingat masalah ini sangat umum di masyarakat tetapi kecil tindak lanjut dari individu maupun pengajar dan pengawas remaja. Berbicara tentang anemia, anemia sendiri merupakan penyakit dengan kondisi ketika tubuh mengalami kekurangan sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen untuk kebutuhan metabolisme tubuh.

Seberapa berbahaya penyakit ini? Sangat berbahaya.

Penderita anemia umumnya kurang mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi sehingga sel darah merah yang dihasilkan tubuh untuk mengedarkan oksigen kurang dan berimbas pada penurunan imunitas/daya tahan tubuh. Penderita cenderung sulit berkonsentrasi, merasa pusing, cepat lelah, dan dapat berakibat pada penurunan produktivitas. Apabila telah dikaitkan pada penurunan produktivitas, maka dampak yang dihasilkan adalah jangka panjang, sehingga akan berpengaruh juga pada kualitas generasi bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Selain anemia, terdapat satu lagi permasalahan gizi remaja yang umum di kalangan muda, yaitu obesitas. Tidak ada yang tidak mengenal penyakit satu ini, bahkan semua orang bisa menebak penyebab dan akibat yang ditimbulkan oleh penyakit obesitas. Riset yang sama dari Riskesdas tahun 2018 menemukan prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 16,0 persen pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5 persen pada remaja usia 16-18 tahun. Peningkatan tren ini salah satunya adalah karena buruknya pola makan remaja.

Pertanyaannya, setelah semua orang mengenal obesitas dan mengetahui penyebabnya, mengapa masih banyak remaja yang tetap mengalami obesitas?

Saat memasuki fase remaja, individu cenderung mulai memiliki keinginan kuat terhadap sesuatu diluar kebutuhannya. Mulai dapat menilai selera masing-masing dan mencoba memenuhi selera tersebut sehingga abai memperhatikan kebutuhan 'diluar' seleranya. Remaja cenderung memiliki rasa ingin mencoba, gempuran makanan kekinian yang tinggi akan gula dan garam dengan penampilan yang menarik membuat para remaja lebih memilih untuk mengonsumsinya dibandingkan makanan yang disiapkan di rumah. Makanan yang tinggi gula garam dapat memicu obesitas, dan obesitas ini dapat memicu penyakit-penyakit degeneratif lebih cepat terjadi. Asupan kalori berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, faktor lingkungan yang kurang ketersediaan makanan, gangguan hormonal, maupun stres dan depresi juga dapat mengakibatkan obesitas.

Komplikasi yang dihasilkan dari penyakit obesitas jauh lebih parah, mulai dari penyakit jantung dan darah tinggi, gangguan pernapasan, osteoarthritis, serta gangguan pencernaan seperti GERD dan batu empedu. Tentunya ini adalah dampak jangka panjang yang bahkan dapat mengancam jiwa individu penderita itu sendiri.

Lantas bagaimana solusinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun