Hidup yang dijalani setiap orang tentu tidak pernah lepas dari masalah. Setiap fase kehidupan memiliki tantangan tersendiri yang datang silih berganti tanpa bisa dikendalikan. Masalah ini sering kali menimbulkan perasaan cemas, tertekan, atau bahkan takut, baik atas hal-hal yang nyata maupun yang hanya ada dalam bayangan. Kondisi ini memicu respons alami berupa mekanisme pertahanan tubuh yang dikenal dengan respons stres.
Apabila stres tersebut berlangsung terus-menerus, tubuh akan mengalami ketegangan fisik dan mental yang tak kunjung reda. Hal ini tentu tidak bisa dianggap remeh, karena stres yang berkepanjangan dapat menimbulkan gangguan lebih lanjut, salah satunya adalah insomnia atau kesulitan tidur. Ketidakmampuan tidur ini akan memperburuk kondisi fisik dan mental, sehingga stres yang dirasakan makin berat. Kedua masalah ini saling memengaruhi, membentuk lingkaran tak berujung atau lingkaran setan. Dengan demikian, diperlukan solusi konkret untuk mengatasinya.
Kondisi Stres Berkelanjutan
Stres memiliki berbagai tingkatan. Stres ringan yang bersifat sementara biasanya dapat diatasi oleh kebanyakan orang dan bahkan dapat memberikan manfaat, seperti meningkatkan kewaspadaan. Namun, ketika stres makin meningkat hingga mencapai tingkat tertentu, dampaknya menjadi negatif. Stres yang berlangsung lama (kronis) dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan maupun dan mental.
Gangguan Insomnia
Dalam situasi stres, banyak orang kesulitan menenangkan pikiran mereka saat mencoba tidur, yang akhirnya menyebabkan gangguan tidur atau insomnia. Selama ini insomnia menjadi salah satu kekhawatiran yang umum di masyarakat. Gangguan tidur ini berpengaruh terhadap penurunan kualitas hidup dan gangguan fungsi psikososial, seperti meningkatkan rasa lelah, kesulitan berpikir, perubahan suasana hati yang negatif, serta rasa tidak nyaman secara fisik. Kurangnya tidur akibat insomnia juga bisa memperburuk kondisi stres, karena tidur yang kurang akan meningkatkan kadar hormon stres, seperti kortisol. Kondisi ini dapat terjadi terusmenerus dan menciptakan lingkaran tak berujung atau lingkaran setan yang sulit diputus.
Mengatasi Lingkaran Stres-Gangguan Tidur
Sebelum keadaan semakin memburuk, sebaiknya gangguan tidur segera ditangani dengan berbagai solusi. Terdapat alternatif farmakologis, seperti penggunaan obat-obatan untuk insomnia tertentu yang dapat diresepkan oleh dokter. Selain itu, ada banyak pendekatan nonfarmakologis yang dapat dilakukan sehari-hari, yaitu solusi psikologis. Intervensi psikologis bisa berupa program pengelolaan diri yang bertujuan untuk memperbaiki kebiasaan tidur yang buruk, menyusun jadwal tidur yang teratur, mengubah pola pikir yang salah terkait kesulitan tidur, serta memahami dampaknya terhadap aktivitas di siang hari.
Pengelolaan kebiasaan tidur yang tepat sangat penting untuk menciptakan rutinitas tidur yang konsisten, sehingga membentuk ritme sirkadian alami tubuh. Ritme ini mengatur berbagai fungsi biologis, termasuk pola tidur dan bangun yang teratur setiap hari. Meskipun ada gangguan dalam pikiran, kemungkinan besar seseorang akan tetap tertidur jika memiliki jam biologis yang tetap.
Melalui tidur, tubuh tidak hanya melakukan pemulihan fisik, tetapi juga pemulihan mental dengan konsolidasi memori. Proses ini membantu mengurangi kelelahan fisik dan mental yang dapat menyebabkan stres. Tidur juga berperan dalam pengaturan hormon, termasuk hormon stres seperti kortisol. Oleh karena itu, tidur yang cukup dapat mendukung pengelolaan stres dan menghindarkan kita dari siklus negatif yang merugikan.
Kesimpulan
Menghindari stres bukanlah bagian dari kemampuan kita, tetapi penting bagi kita untuk belajar untuk mengatasinya. Satu titik yang dapat kita upayakan sebagai pemutus lingkaran setan adalah manajemen waktu tidur. Terdapat solusi psikologis yang dapat dilakukan oleh siapapun berupa manajemen diri terhadap kebiasaan tidur yang buruk, mengatur jadwal tidur, dan mengubah pemikiran disfungsional tentang sulit tidur. Namun, perlu diperhatikan apabila kondisi memburuk sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan, seperti psikolog atau psikiater.
Referensi
1.Devi P, Reddy MA, Zahan O, Sharma J. The Effect of Stress on Human Life. Adalya. 2019;8(9):792-811. https://doi.16.10089.AJ.2019.V8I9. 285311.6199
2.National Institutes of Health SotSCS. Manifestations and management of chronic insomnia in adults. Sleep. 2005:1049–1057. https://doi.10.1037/e439752005-001
Morin CM, Gaulier B, Barry T, Kowatch R. Patient’s Acceptance of Psychological and Pharmacological Therapies for Insomnia. Sleep. 1992;15(4):302–305. https://doi.org/10.1093/sleep/15.4.302
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H