Dengan menerapkan solusi- solusi ini, diharapkan dapat mengurangi konflik terkait penyalahgunaan gelar habib palsu dan dapat membangun harmonisasi di dalam masyarakat, agama, dan bangsa.  Jangan sampai tertipu atau pun tertunduk kepada seorang habib, alih- alih ternyata dia  bukanlah habib sungguhan.
Kedudukan anak cucu Nabi memang pantas untuk dihormati sebab ta'zim kita kepada Rasulullah, namun perlu diperihatinkan kepada para keturunan habib saat ini karena nenek moyang mereka yang mencatat nama Rasulullah akhirnya mereka gelagapan menerima kenyataan seandainya benar terbukti keterputusan nasab itu. Cukuplah kita letakkan penghormatan kita kepada yang berilmu dan berakhlak seperti Rasulullah.
Banyak yang bilang hal ini merupakan isu yang bersifat sensitif, akan tetapi menurut sudut pandang penulis, ini menjadi sensitif karena permasalahannya terlalu disudutkan ke satu kelompok (kelompok habaib dan muhibbinnya. Andai permasalahan inferior dan feodalisme ini diarahkan menyeluruh keberbagai kelompok semisal (kelompok pejabat dan rakyatnya, kelompok bos dan karyawannya, kelompok majikan dan pembantunya, kelompok atasan dan bawahannya), maka permasalahan ini akan tidak se- sensitif ini. Bahkan malah tidak ada masalah apa- apa, kecuali ada udang di balik batu, ada unsur penggiringan opini, ada unsur menjatuhkan kelompok tertentu atau lebih jauh lagi ada skenario memporak- porandakan kesatuan dan persatuan NKRI ini.
Orang yang menjadi/ menyematkan dirinya dengan sebutan habib ini sudah semestinya memelihara diri dengan berakhlak baik bukan justru sebaliknya. Sebagaimana yang diucapkan  Quraisy Syihab "Jangan membanggakan diri dengan keturunanmu, boleh berbangga, boleh merasa bersyukur mempunyai garis keturunan kepada Nabi, tetapi jangan tonjolkan itu. Melainkan tonjolkanlah akhlakmu, tonjolkanlah kebikanmu, tonjolkanlah keramah- tamahanmu."
Pesan yang terpenting ialah "Kemuliaan seseorang bukan dilihat dari ia yang memiliki gelar habib, kiyai, gus, buya ataupun keturunan lain- lain, namun kemuliaan menurut Allah dilihat dari ketakwaannya seorang hamba itu sendiri, tinggal kita memilih mulia dihadapan manusia atau di hadapan Allah." dan "Jangan hubungkan kesalahan para habib dengan menyebut atau merendahkan gelar kehabibannya. Karena jika itu dilakukan, kita akan merendahkan sesuatu yang memiliki sambungan dengan Nabi Muhammad SAW."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H