Mohon tunggu...
Zahra Azkia
Zahra Azkia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FAH UIN Jakarta

Seorang yang tekun, suka akan hal- hal unik dan tertarik untuk belajar aneka bahasa karena hal tersebut merupakan suatu hal yang menantang. Termasuk seorang yang melankolis, memiliki hobi dan menyukai hal- hal yang berbau seni atau kerajinan tangan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penjualan Nasab: Mengaku Keturunan Nabi tapi Jauh dari Ajaran Islam?

12 Juli 2024   12:08 Diperbarui: 12 Juli 2024   12:19 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Dengan menerapkan solusi- solusi ini, diharapkan dapat mengurangi konflik terkait penyalahgunaan gelar habib palsu dan dapat membangun harmonisasi di dalam masyarakat, agama, dan bangsa.  Jangan sampai tertipu atau pun tertunduk kepada seorang habib, alih- alih ternyata dia  bukanlah habib sungguhan.

Kedudukan anak cucu Nabi memang pantas untuk dihormati sebab ta'zim kita kepada Rasulullah, namun perlu diperihatinkan kepada para keturunan habib saat ini karena nenek moyang mereka yang mencatat nama Rasulullah akhirnya mereka gelagapan menerima kenyataan seandainya benar terbukti keterputusan nasab itu. Cukuplah kita letakkan penghormatan kita kepada yang berilmu dan berakhlak seperti Rasulullah.

Banyak yang bilang hal ini merupakan isu yang bersifat sensitif, akan tetapi menurut sudut pandang penulis, ini menjadi sensitif karena permasalahannya terlalu disudutkan ke satu kelompok (kelompok habaib dan muhibbinnya. Andai permasalahan inferior dan feodalisme ini diarahkan menyeluruh keberbagai kelompok semisal (kelompok pejabat dan rakyatnya, kelompok bos dan karyawannya, kelompok majikan dan pembantunya, kelompok atasan dan bawahannya), maka permasalahan ini akan tidak se- sensitif ini. Bahkan malah tidak ada masalah apa- apa, kecuali ada udang di balik batu, ada unsur penggiringan opini, ada unsur menjatuhkan kelompok tertentu atau lebih jauh lagi ada skenario memporak- porandakan kesatuan dan persatuan NKRI ini.

Orang yang menjadi/ menyematkan dirinya dengan sebutan habib ini sudah semestinya memelihara diri dengan berakhlak baik bukan justru sebaliknya. Sebagaimana yang diucapkan  Quraisy Syihab "Jangan membanggakan diri dengan keturunanmu, boleh berbangga, boleh merasa bersyukur mempunyai garis keturunan kepada Nabi, tetapi jangan tonjolkan itu. Melainkan tonjolkanlah akhlakmu, tonjolkanlah kebikanmu, tonjolkanlah keramah- tamahanmu."

Pesan yang terpenting ialah "Kemuliaan seseorang bukan dilihat dari ia yang memiliki gelar habib, kiyai, gus, buya ataupun keturunan lain- lain, namun kemuliaan menurut Allah dilihat dari ketakwaannya seorang hamba itu sendiri, tinggal kita memilih mulia dihadapan manusia atau di hadapan Allah." dan "Jangan hubungkan kesalahan para habib dengan menyebut atau merendahkan gelar kehabibannya. Karena jika itu dilakukan, kita akan merendahkan sesuatu yang memiliki sambungan dengan Nabi Muhammad SAW."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun