Mohon tunggu...
Azkia Rahmi
Azkia Rahmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi

Seorang mahasiswa yang senang mengeksplorasi hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menggali Sejarah melalui Museum Multatuli

18 November 2024   20:00 Diperbarui: 24 November 2024   00:03 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Selanjutnya kami memasuki ruangan tanam paksa mengenai kopi. Kita akan melihat langsung kopi-kopi yang dihasilkan beserta daun kopi yang dikonsumsi oleh rakyat selama masa tanam paksa dikarenakan seluruh biji kopi harus disetorkan kepada VOC. 

Pada dinding ruangan kita dapat melihat peta persebaran produksi kopi yang ada di Indonesia beserta sistem residen. Disudut ruangan kita dapat melihat pelana kuda dan koin yang digunakan pada masa itu.

Kami dibimbing untuk melanjutkan keruangan berikutnya yang menyajikan karya Multatuli. Disini kami melihat buku-buku mengenai Multatuli. Yang menariknya, disini tedapat tablet yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk membaca buku Multatuli. 

Selain itu, terdapat pula profil mengenai beberapa tokoh lainnya yang dapat kami baca dengan nyaman karna pemilihan warna dan background dari tulisan tersebut yang sesuai.

Setelah melihat mengenai Multatuli, kami beralih ke ruangan selanjutnya mengenai Banten. Disini kita disajikan disetiap dinding ruangannya terkait Sejarah Banten, mulai dari Pemberontakan Haji Wakhia hingga Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. 

Ini menarik perhatian saya, karena penggambaran inforgrafis dilengkapi dengan ilustrasi gambar pendukung. Tidak lupa terdapat pajangan tombak, borgol yang digunakan, tali gantung dan uang kertas Orida Banten.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Untuk lebih mendalami mengenai sejarah, maka kami lanjut ke ruangan mengenai Lebak. Disini kita dapat melihat Sejarah Lebak melalui timeline yang ada di dinding ruangan yang dilengkapi dengan gambar-gambar terkait kejadian tersebut. 

Jika kita melihat ke sisi ruangan lain, maka akan terlihat hasil budaya Lebak saat ini seperti pakaian bangsawan dan tenun baduy. Hal yang paling menarik diruangan ini adalah replika Prasasti Cidanghiyang yang terbuat dari lilin, menurut Pak Ginandar replika ini dibuat benar-benar menyesuaikan bentuk asli dari prasasti.

Ruangan terakhir yang kami kunjungi sebelum keluar yaitu ruang Rangkasbitung yang merupakan ruang temporer. Disini kita dapat membaca beberapa buku Max Havelaar yang disediakan karena terdapat juga tempat duduk. Selain itu, profil dari orang-orang yang memiliki kisah di Rangkasbitung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun