Ajakan ini bukan rayuan basa basi buat pasangan sah suami istri di tanah air saja. Justru layak dilantangkan digembargemborkan keantero dunia. Undangan bulan madu ini mesti di-viral-kan ke peloso Asia, Eropa, jazirah Timur Tengah, Afrika, sampai Australia sana. Kenapa ajakan "kuno" ini mesti disebarluaskan dengan terencana, simultan dan berdampak luas, karena ada tren aneh di dunia, utamanya di Negara maju di Asia. Bila di Eropa, lama kita sudah mendengar bahwa tali pernikahan resmi di negeri-negeri berpenduduk kulit putih sana sudah mengalami penurunan nilai dan jumlah pelakunya. Sehingga negeri negeri makmur disana mengalami kenaikan tren usia tua penduduknya, dan minimnya angka kelahiran, karena jumlah pasangan yang menikah makin sedikit dan kalaupun mereka menikah, cenderung memilih tidak punya anak. Sungguh amat menyedihkan, amat berbeda dengan situasi di tanah air yang masih mengedepankan pernikahan dan memiliki anak dalam jumlah cukup.
Situasi murung ini juga, tengah jadi tren kuat di Cina , Jepang dan Korea. Cina akibat kebijakan kerasnya yang  hanya membolehkan pasangan memiiki satu anak saja, membuat negeri nomer satu terbanyak di dunia ini berhasil menekan jumlah penduduknya dengan drastic, tapi dampaknya jadi meluas. Mereka yang ingin anak banyak memilih hengkang, pimdah hidup di luar negeri dan berkembang biak. Bisa dibilang s=di seluruh penjuru duia sekarang ini, isinya hanya sebaran penduduk pendatang asal cina, jumlah mereka banyak dan tanggub sebagai perantau lintas dunia yang memiliki daya juang untuk sukses yang luar bisa di luar tanah airnya. Tapi sesukses-suksesnya mereka di luar negeri, jalan pulang kembali ke tanah air, relative tertutup karena kebijakan satu anak ini.
Di Jepang dan Koreas Selatan yang sedang menikmati laju pertumbuhan ekonomi dasyatnya. Justru cemas dengan minimnya perkawinan dalam hukum sah negara atau agama mereka. Umumnya mileal disana, lebihmemilih fokus berkarier di dunia kerja, mengejar prestasi, pendapatan tinggi, serta prestise social yang tinggi, sampai lupa menikah. Lantaran jarang pernikah yang terjadi, dampaknya anak-anak yang lahir pun di dua negeri tresndsetter Asia ini amat sedikit terjadi. Lambat laun tiga  negeri pemuka Asia ini, perlahan namun pasti akan menjadi negeri yang penuh orang tua. Bila hal buruk ini dibiarkan terjad, maka buahmanis dari modernisasi yang membawa ketiganya sebagai negeri terdepan Asia , justru menjerumuskan mereka ke titik nadir ambruknya ketahanan sebuah negara.
Bagaimana sebuah negeri maju bisa bertahan jaya di masa depan. Apabilapenduduk aslinya makin minim dan berkurang yang dalam usia produktif. Lalu diisi imigran, penduduk pendatang dari manca Negara, yang meskipn etos kerjanya bahkan lebih baik dari penduduk lokal. Namun kecintaan, patriotism, serta ketulusan berbuat yang terbaik serta mendarmabaktikan kemampuan terbaiknya untuk diberikan sepenuhnya kepada negeri rantau yang mereka tinggali, layak dipertanyakan dalam jangka pednek dan jangka panjang. Disinilah perlu ada terobosan-terobosan jitu, meretas kebekuan situasi buruk yang tidak bagus bila terjadi dalam pertumbuhan sebuah bangsa.
Maka ketiga negafa terdepan Asia itu banyak memberlakukan kebijakan-kebijakan pemerintahnya yang pro pasangan baru dan mendorong seuas-luasnya pasangan baru atau lama untuk segera memiliki anak. Maka Jepang dan Koreas Selatan memberikan cuti libur yang relative panjang buat pasangan yang berniat hendak menikah, juga untuk ibu hamil yang berniat melahirkan.
Bahkan ada subsidi khusus untuk paket perjalanan bulan madu agar pasangan sah segera memiliki anak, dan bagi yang sudah memiliki anak diperlakukan istimewa, agar berbulan madu, dimaksudkan agar mendorong penikngkatan jumlah anak, program-program berlibur di tanah airnya atau keluar negeri didisain dengan sebaik-baiknya oleh para pemangku kebijakan disana.
Gayung pun bersambut, Indonesia sedang berbenah, berdana, memperbagus lima destinasi supernya, sesuai program Kenenparekraf RI, alangkah indahnya, bila destinasi elo diluar Bali itu dikembangkan program-program yang ramah pasangan yang hendak menikah atau berbulan madu, dalam upaya untuk mendapatkan keturunan bisa dilakukan di tempat-tempat yag elok di negeri kita, seperti Lombok, Danau Toba dan Raja Ampat.
Lagi-lagi Bali jadi acuan keberhasilannya dalam menarik pasangan-pasangan baru dari negeri India untuk menikah di sana, sungguh melegakan hati, karena kultur Hindu yang berkembang di India dan Bali berkembang sangat mirip. Membuat pasangan dari India pun berbondong-bondong datang ke bali untuk melangsungkan pernikahan dengan tata cara agama hindu di pulau eksotis itu. Tidak hanya praktek pernikahan, praktek bulan madu pun jadi jualan Pulau Bali, utamanya merangkul turis , pasangan muda dan berumur yang inngin jalan-jalan di bali. Nah, untuk yang kultur selain Hindu, terbuka peluang di kembangkan di lima destinasi super setelah Bali. Perlu terobosan-terobosan kreatif, kemasan yang unik, terjangkau dan eksklusif, sehingga di jaman serba viral ini, kedatangan bertubi pasangan baru untuk menikah dan bulan madu bisa dirancang dengan penuh kebaikan , romantis dan tak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H