tanpa kehangatan
beradunya cangkir teh dan kopi pahit
namun selalu jadi manis
di kafe kebun raya percakapan tiada habis
bila kerdipan mata indah itu
memagut mata lelah
batin resahku
maka waktupun berhenti berdetak
saat jantung dan hati
berhenti kompromi
soal ujung akhir dunia ini
apakah diujung dunia sana
kita menyatu kembali
sebagai ruh penasaran akan cinta sejati
ataukah jadi penghuni abadi kafe
kafe tongkrongan tepian perimeter surga,
karena engkau enggan memasuki tempat terindah itu
maka aku pun tertikam
tertambat pesona
menghabiskan waktu
meneguk air bening dari mata air
air mata kesucian asmara yang tak beruntung terlahir di kehidupan dunia kini
mari reguk setengah cangkir kosong ini
siapa tahu, takdir membebaskan
sayap rapuhku dan mu
terlahir kembali
dalam reinkarnasi cinta orisinal yang melumpuhkan logika sehat manusia manapun
(gurujiwa, di kafe janji jiwa kita bere-inkarnasi, 21112022.16.41 WIB Waktu Indonesia Bercinta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H