Kota yang kuakrabi sejak lahir, berubah esktrim
Warna rumahnya kusam tua semua
Langitnya abu abu membesi
Jalanannya pun berbatu koral
Lumpur merah disana sini
Aspal hotmix-nya
Entah dikelupas raksasa misterius dari negeri belahan mana?.
Nalar dan pikirku tak kunjung sinkron
Mengapa kenangan visual akan lingkungan tempat ku dibesarkan bisa berbeda
Bumi dan langit,
Apakah aku berjalan disisi berbeda
Dari jalan lurus kampung paralel
Dimensi sebelah dari realita hari biasaki
Apakah aku terpelanting masuk portal. Masa lalu yang tak. Kusadari
Atau ini hanya efek kurang kopi seharian ini?.
Sepatu sobekku tertatih berjalan melewati jalan tak ada ujung ini. Entah kemana semua kendaraan  bermotor, mobil, motor tak kulihat juga tak kudengar raung bisingnya, sedari tadi.
Suasana sungguh hening
Sebening beningnya
Sampai daun jatuh pun akan tertangkap telingamu
Dari jauh kudengar ringkik sekumpulan kuda menderap
Menderu ke arahku, lalu sekumpulan marsose, prajurit VOC Belanda sontak. Mengepung ku dengan senapan laras panjang membidik. Dadaku,
Ujung bayonetnya berkilauan mengancam leher nyaliku
"Tangkap dia, ektrimis inlander teman si Pitung! ", kata sang komandan. Pasukannya segera turun dari pelana kudanya. Lalu dengan sadisnya, mereka mengikat tanganku dengan tali ijuk kuat kuat. Segera  kulit tanganku. Memerah,  sakit, berdarah.
Dengan kasar dan jumawanya aku diseret dengan tali harus mengikuti kecepatan kuda berlari, badanku terjatuh, terseret, kulitku koyak disana sini. Pedih juga amat perih.
Tanpa salah, tanpa ampun aku dijebloskan ke dalam penjaranya yang gelap dan bau. Kencing kuda. Aku terjatuh, kepalaku terbentur dinding sel sempit itu. Memuakkan!.
"korupsimu luar biasa,trilyunan waktu !",pekik suara berwibawa keras menggema dari ujung lorong sana.
Pelan pelan seiring sinar surya masuk dari celah celah penjara berpendingin ruang mewah itu, kulihat badanku memakai baju rompi oranye tahanan KPK. Hah? !.
Kenapa aku berpindah ke tempat lebih bejat ini, padahal aku tak korupsi apa apa, hanya korupsi waktu. Apakah Korupsi waktu adalah penghianatan paling tak termaafkan di abad edan ini?!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H