00 : 00nana
00 : 00
Waktu membesi berhenti
Saat pesanan 135 unit rumah
400 jutaan bisa jadi
Ditunda, tapi tubuhmu yang nyaris 100 kilogram, Â berisi lemak dan kegembiraan, justru lonjak lonjak kegirangan saat motor bututmu yang sempat hilang dikembalikan lengkap dengan basa basi maaf, maling kesiangan.
Sungguh penutup kulminasi malam yang aneh?!.
00 Â : Â 13
Derik detik tak kunjung mengerik justru meringkik, layaknya kuda penarik beban terakhir menuju kandang tepi jurang peristirahatannya. Namun sebagai penarik beban, kuda selalu percaya, bahwa esok bisa jadi ada perjalanan lebih menantang. Entah menaiki bukit berbatu, Â berduri Atau menuruni tebing licin, curam berbatu, mematikan nyali kuda segar muda sekalipin.
Sebagai kuda tua ia selalu paham, Â bahwa ujung bbelati nasibnya sebagai kuda jantan penarik beban, Â bukan masuk lubang, Â kubangan memalukan tapi terus saja menelusuri jalan berliku nurani joki penunggangnya. Konon mereka manusia tapi banyak yang tinggi ambisi larinya melebihi kuda.
00 : 23
Sebagai tunggangan kuda tetaplah kuda. Kakinya empat, Â berlari seorang korsa penarik saisnya. Berkelana. Ke. Ujung jalan gelap, Â gerbang mimpi terliar. Apalah esok sampai tujuan dengan mata terbuka, Â terbelalak sadar, Â atauntwrtutup rapat demi. Melindungi nurani perjalanan dari silau goda matahari. Siapa akan berdiri?!.
00 : 33
Banyak rencana
Banyak prediksi
Banyak harapan
Tak bergening
Hanya menjadi  pantulan bola sepi saja. Sedang malam semakin habis menuju pagi.
Bolehkah. Aku cemas
Mencemaskan dirimu  yang tak pernah mau tertambat di kandang pasti
Wahai kuda binal mimpi mimpiku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H