Jatuh menari
Nari
Di ujung mata rindumu,
Hujan masih saja jatuh
Meski percikan air langit
Bersikejar
Menciumi pusar bumi
Ujung pelangi bersimpuh
 di seberang genting rapuh tua
Rumah bilik bambu
Di tengah pematang sawah hijau
Di telaga bening
Penuh kemukjizatan
Membuat siapapun yang mandi
Cuci muka
Awet muda
Lidah bening pelangi
Luruh di cidahu
Teduh bertambat hening di telaga mungil
Sungai bening
Tempat jenazah yang tak diterima bumi
Dilarung penuh duka
Disini
Konon
Pada suatu masa yang misteri
Pelangi
Oh, selendang pelangi
Bersauh disini
Di kening
Jaman
Lupa kontemplasi
Akan kesalahan sendiri
Di percumbuan
Sungai pelangi  langit
Dan Sukabumi
Aku berkaca
Kaca
Menyesali
Betapa  khilaf lupa diri
Acap menyesatkan arah kaki
Melewati jalur becek hina,
Jauh dari jalan terang
Pesona warna warni
Pelangi suci
Nurani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H