Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

666 Kilometer Rindu Ini Diuji Lagi Nduk

5 September 2021   01:02 Diperbarui: 5 September 2021   01:04 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Nduk,   666 kilometer
Jarak yang cukup memisahkan
Batang tebu rindu
Dengan saripati glukosa manis
Yang terperas mesin praduga
Syakwasangka

Kami mengkawatirkan varian alfa beta delta
Yang pernah menyerbu kotamu
Tapi kau iklas
Berkeras menjalani aklitimasi
Dengan batuk tak henti sebulan lalu

Siapa tak kawatir
Tak cemas
Tapi semua kau jalani dengan hati suci
Niat tiada bernoda
Maka penyakit minggat
Kehilangan esensi teror
Dan fhobianya

Ayat demi ayat rahasia semesta
Kau hafal
Dengan keringat
Air mata
Pun kurang tidurmu

Bila akhirnya
Kau sampai di titik sumarah
Ratusan kilometer jarak membentang
Cumalah ilusi rasa
Bukankah tehnologi jadi jembatan realitas
Yang menyulam jarak jadi membran virtual

Kapan pun kau ingin
Kapan pun kau mau
Kita bisa bertukar senyum
Sapa
Salam

Nduk
Kadang kita harus sedikit puasa
Tak saling pandang
Tak saling menggoda
Tak saling berdekatan

Rentang kilometer yang panjang
Antara kita
Adalah busur waktu
Yang akan meluncurkan
Anak anak panah impianmu
Jauh melampaui impian kami

Bila kau tahan
Bila kau teruji
Bila keluh hanya jadi luh
Pengabdian sucimu
Pada setiap makna
Arti
Dari tiap eja tafsir
Yang kau tanam pelan pelan
Dalam kelembutan sepon gembur tanah
Bumi ingatan
Di inti kepalamu
Di relung dalam
Sanubarimu

666 km
Aspal hitam menjulur dari kamar pondokmu
Ke kamar kami
Meski kau tak selalu pulang
Magnet kalbumu
Berputar
Putar
Di kiblat cita citamu
Jadi santriwati mandiri
Tiang benteng aqidah bumi baru ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun