Tapi kau tak bahagia
Ada sajak tak lengkap  rima iramanya
Payah diksi, pun sudut pandangnya
Terlalu ke sudut
Jauh dari pusat perhatian dunia,
Dia sajak juga
Tapi belum tentu bisa membuat semua bahagia
Lalu kenapa berharap banyak pada sajak
Bila sekedar ingin bahagia
Kenapa tak kau buat sajakmu
Sendiri,
Baik
Jelek tak penting
Asal dunia kecilmu berbahagia
Melihatmu sibuk merangkai kata terbaik
Mencoba menemukan sumber kebahagiaan
Walau tak ketemu
Walau mungkin mata air palsu
Ada tak ada sajak
Berbahagialah
Karena bisa jadi secuil sajak tak bisa memboreh luka
Menarik senyum tarian upacara duka
Bertubi akhir akhir ini,
Kembang tujuh rupa sajak
Yang kupersembahkan
Bagi tujuh penjuru rasa kehilangan pun
Hambar ketulusan rasanya
Lalu kenapa kita
Tak bahagia melihat tunas tunas sajak
Terus tumbuh di benak muda mungil
Terus berkecambah di benak renta
Yang tak pernah dewasa
Mengaku salah
Memperbaiki diri
Biarkan sajak
Sajak hidup
Melata
Mengulari
Meruapi
Takdirnya sendiri
di setiap. jaman duka
Bahagia
Yang terlalui
Bukankah didalam sajak ada bumbu sedap rasa hati
Tak bisa dirinci
Misteri,
Tapi setiap sajak terlahir
Umat pecintanya menyambut gembira
Layaknya kehadiran bayi mesias pembaharu
Jaman baharu
(o, ya, Â jika kau tak bahagia juga dengan sajak ini
Maka pintal-lah sajakmu sendiri, Â rasakan denyut lembut tapi menghidupkan dalam aliran darah penamu itu denyut bahagia hakiki)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H