Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Masih Ada Sajak Bahagia, Selama Kau Merinduinya

5 Agustus 2021   15:15 Diperbarui: 5 Agustus 2021   15:26 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada debur bahagia bersajak di pantai puruih padang (gurujiwa) 

Ada sajak lengkap kata
Tapi kau tak bahagia

Ada sajak tak lengkap  rima iramanya
Payah diksi, pun sudut pandangnya
Terlalu ke sudut
Jauh dari pusat perhatian dunia,
Dia sajak juga
Tapi belum tentu bisa membuat semua bahagia

Lalu kenapa berharap banyak pada sajak
Bila sekedar ingin bahagia
Kenapa tak kau buat sajakmu
Sendiri,
Baik
Jelek tak penting
Asal dunia kecilmu berbahagia
Melihatmu sibuk merangkai kata terbaik
Mencoba menemukan sumber kebahagiaan
Walau tak ketemu
Walau mungkin mata air palsu

Ada tak ada sajak
Berbahagialah
Karena bisa jadi secuil sajak tak bisa memboreh luka
Menarik senyum tarian upacara duka
Bertubi akhir akhir ini,
Kembang tujuh rupa sajak
Yang kupersembahkan
Bagi tujuh penjuru rasa kehilangan pun
Hambar ketulusan rasanya

Lalu kenapa kita
Tak bahagia melihat tunas tunas sajak
Terus tumbuh di benak muda mungil
Terus berkecambah di benak renta
Yang tak pernah dewasa
Mengaku salah
Memperbaiki diri

Biarkan sajak
Sajak hidup
Melata
Mengulari
Meruapi
Takdirnya sendiri
di setiap. jaman duka
Bahagia
Yang terlalui

Bukankah didalam sajak ada bumbu sedap rasa hati
Tak bisa dirinci
Misteri,
Tapi setiap sajak terlahir
Umat pecintanya menyambut gembira
Layaknya kehadiran bayi mesias pembaharu
Jaman baharu

(o, ya,  jika kau tak bahagia juga dengan sajak ini
Maka pintal-lah sajakmu sendiri,  rasakan denyut lembut tapi menghidupkan dalam aliran darah penamu itu denyut bahagia hakiki)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun