Dua sisi mata uang
Disana kau berbagi
Dalam suka duka
Ruang penat
Tak berjeda
Tak bermasker
Tak prokes
Disini
Dunia terlalu luas untuk kujelajahi
Laut yang bergelora peluh
Debur yang mengalahkan lenguhmu
Semua berjarak
Bermasker
Sepi kehilangan riang pantai puruih
Tak ada wisatawan
Tak ada pelancong
Bisa menjamah
Bibir putih pasir pantai
Dijaga petugas pembendung virus kebusukan jaman
Diblokade aturan rumit yang mematikan denyut jantung pertumbuhan peradaban
Dalam satu keping dunia sama
Kau
Aku
Berada pada keping berbeda
Satu sisi sesak
Berdesak kelam
Sisi lain benderang terang
Penuh hawa segar
Kemerdekaan ide
Kelonggaran pikir
Pada era normal baru begini
Apa yang tersisa
Di penghujung hari,
Doa saja tak mujarab
Menyembuhkan sakit
Lubang luka
Kehilangan
Berduka
Pada dua sisi ketip nasib
Sepertinya kita berbeda
Tapi sejatinya
Sama,
Hanya meneruskan cerita kebaikan
Bagi anak cucu nanti
Bahwa pernah pada suatu masa
Kakek moyangnya
Gagah berjuang
Berani berkurban
Menyintas badai kehidupan
Penuh onak duri masalah
Walau kadang menangis
Walau acap merintih
Menjerit ke dalam
Palung dalam keluasan hati
Cukup kita berdua yang tahu
Biar dunia
Mencatat sejarah dua hero tak terkalahkan
Oleh musuh manapun,
Dik,
Kita hanya kalah oleh diri sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H