Di pantai tadi
Tak kutemui awan heroik
Dan senja bening merah saga
Mengantar matahari tidur di peraduan ombak laut puruih padang
Cafe cafe tak ada yang buka
Lampu kemeriahan pantai
Dimatikan
Diblokade siang malam
Tak ada wisata hura huraÂ
sepekan ke depan
Lalu langkah sepatu goyah
Mengantarku pulang
Melewati rumah nelayan kenalan baru
Wajahnya
Kulitnya
Kaki tangannya
Sungguh menghitam terbakar
Sampai tak kukenali dalam keremangan
Karena berburu ikan di tengah laut
Seharian tadi
Hanya tongkol 15 kilo mas
Biasanya tiga kali lipat
Tak ada kerapu karang
Tak ada tengiri yang mahal
Kami bawa semua ke pasar ikan
Tapi semua resto
Cafe bakar ikan
Tutup
Lalu siapa beli
Ikan tangkapan kami
Tadi tak ada awan
Laut panas
Ikan sembunyi
Alamak, senja merah
Dengan Matahari terindah nir awan tadi
Ternyata memangkas rejeki nelayan
Nelayan pemburu nasib baik
Seperti Uda Doni
Kupikir bila senja matahari
Langit cerah indah
Semua nasib nelayan baik
Tangkapan banyak,
Ternyata cuma kulit tubuh
Yang legam
Jadi legam terbakar arang,
Orang kota mana bisa memahami resiko nelayan pemburu yang dipermainkan ombak nasib
Dalam titi nadir kemalangannya
Senyumnya segaris
Hanya giginya yang putih bersih