Memelukmu dengan gemas
Cemburu
Pada sepuluh celcius
Di lembah berkabut kaki gunung
Tangkuban perahu
Di tatar sunda
Saungkuriang
Terpikat
Bersyahwat
Pada ibunya sendiri
Yang awet muda
Karena turunan dewa dewi,
Bukan karena sekadar nafsu
Tapi karena selimut fajar
Yang kelewat dingin
Sehingga segala penghangat
Ditenggaknya
Dilapiskan ke tubuh telanjang nya
Tapi raganya
Tetap gemetar
Menggigil
Butuh unggun cinta
Perempuan cantik sunda
Walaupun itu
Ibunya
Lalu wajah manis
Tubuh wangi
Mata teduh
Bibir merah
Lembut meminta
Danau luas
Dengan perahu wisata
Dalam semalam
Saungkuriang mengangguk
Barang remeh
Untuk mandra guna
Kesaktiannya
Segera pohon pohon dicabut
Diangkat keatas bumi
Tercipta ledokan besar
Penuh air
Terciptalah danau impian,
Lalu entah jurus siluman apa
Membuat kayu
Kayu besar itu
Gemeratak berpatahan
Kulitnya terkupas
Kambiumnya berlubang
Berbenturan keras menyatu
Terbentuklah kerangka perahu
Perahu indah daman
Sang ibu ketakutan laknat dewa
Akan terjadi
Bila sampai
Disetubuhi
Anak kandungnya
Sendiri,
(yang telah tega
Memberi ia makan hati segar
Tumang, Â anjing setia
Jelmaan bapak kandungnya
Karena tak mau memburu babi
Bukan rusa
Dayang sumbi sedih bukan kepalang
Dan memukul kepala sang anak
Dengan sendok sayur
Begitu kerasnya
Sampai Saungkuriang lupa ingatan
Dan diusir keluar rumah
Ketika pulang
Sang pemuda tampan
Tak mengenali ibunya.
 Yang pernah menggendong
Jabang bayinya
dalam rahim perutnya)
Nyi dayang sumbi panik
Lalu meminta bantuan penduduk
Seluruh kampung gunung
Untuk menyalakan api
Membuat kesibukan pagi
Pada tengah malam,
Ayam ayam jantan pun
Berkukuruyuk
Bersahut sahutan,
Pada seribu kayu berpadu
Yang nyaris jadi perahu terbengkalai
Saungkuriang murka
Lalu ditendangnya kuat
Kuat terpelanting
Melampaui awan
Jatuh terbalik
Menancap bumi
Dan menjadi gunung
 tangkuban perahu
Saungkuriang
Marah histeris
Nyi Dayang Sumbi menangis
Teriris
Betapapun keji,
Laki laki muda sakti
Adalah anaknya yang lupa diri
Tersesat makna cinta jati
Ya dewata
Maafkan anakku
Tetes airmatanya
Menjadi mata air
Gunung tangkuban  perahu
Saungkuriang
Masih menggigil
Mandi di air terjun cinta
Tak bernama
Mencari kutub sejati asmarandana
Pagi ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H