Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan yang Menghabiskan Tisu

9 Maret 2021   18:26 Diperbarui: 9 Maret 2021   18:40 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lihat arah tenggara
Awan hitam
Bergelayut
Kuat kuat
Mencoba menahan diri
Dari jatuhnya hujan

Biar air
Turun diiringi petir
Maka pori pori bumi basah
Maka huma bertunas semi
Maka air di sawah tumpah ruah
Padi bernyanyi
Diiringi orkestra kodok
Pemuja hujan

(tapi air yang menetes
Di pipimu
Masih saja jatuh,
Lantaran hujan rindu
Atau sesak kesal cemburu)

Hujan benar benar jatuh
Semesta gelap
Dalam pelukan bentang kesejukan
Hakiki

Percayalah
Setelah hujan menepi
Petir juga berhenti
Bumi redup matanya
Basah
Oleh harapan tak putus
Selama ada air
Ada kehidupan
Ada cinta

(mungkin racun cinta
Menyobek sembilu
Hati rapuhmu,
Tapi cintalah
Yang membuatmu yakin
Dan menunggu
Akan ada keindahan esok
Usai hujan tangis
Menghabiskan tisu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun