Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Humor

Hujan Ekstrim, Pawang Hujan (Tak) Perlukah?

24 Februari 2021   21:46 Diperbarui: 25 Februari 2021   14:48 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)

Ada kongres Pawang hujan tertutup.  Diam diam. Tak banyak pihak yang tahu.  Rupanya,  selama ini ada rumor dua golongan besar yang susah menyatu,  berkait spesialisasi keahlian mereka. Satu golongan ahli menolak hujan,  satu golongan lagi sangat ahli mendatangkan hujan.

Setelah berdebat cukup sengit,  dalam musyarah besar tapi dirahasiakan itu didapat kata sepakat,  bahwa mereka akan saling menginfo di grup WA,  saat dapat job menolak atau mendatangkan hujan,  agar tidak tumpang tindih dan saling menjatuhkan. Lalu disusunlah SOP --Standar Operation Procedur-- pawang hujan,  termasuk soal perang tarif, tidak diijinkan lagi.  Sampai mereka membuat --kopahu-- koperasi pawang hujan. Demi meningkatkan kesejahteraan semua.

Selesai musyarah soal hujan,  pertemuan akbar itu ditutup dengan penuh khidmat dan wibawa. Isu kudeta dan perebutan posisi ketua bisa dieliminasi dengan manis.

Tiba waktu pulang,  ketika para pawang hujan, bersiap siap untuk pulang. Sekonyong konyong hujan turun dengan amat derasnya,  sehingga membuat rombongan besar sulit pulang. Mrereka menggerutu,  kembali, mereka terpecah dua kubu.   Kubu pawang,  penolak hujan menuduh kelompok pendatang hujan sedang pamer ilmu mereka. Sedang kelompok pawang pendatang hujan merasa, hujan itu,  bukan kerjaan mereka.dan tidak terima dipojokkkan, didepan umum seperti itu.
Kedua golongan ribut besar,  mereka nyaris gontok gontokan.  Mereka masing masing menuntut digelar Kongres Luar Biasa Pawang Hujan lagi.

Untung sang pembina, yang merupakan pejabat dari BRPH --Badan Resmi Peramal Hujan-- bahwa hujan deras kali ini,  bukan kerjaan pawang hujan.  Melainkan upaya rekayasa hujan dengan menaburkan 2 ton garam lewat pesawat udara.
Oh,  semua pawang Ternganga. guru guru sepuh mereka dahulu belum mengajarkan ilmu bikin hujan secanggih itu. Pelan pelan mereka rukun kembali.  Pembina pun lega,  tidak perlu ada Kongres Luar Biasa Pawang Hujan lagi. Ketua Pembina pun tanggap,  demi menghangatkan perdamaian dua kubu. Lalu memerintahkan disajikan cangkir kopi hangat untuk semua pawang,  sambil menunggu hujan rekayasa selesai jatuh. Mereka ngopi tanpa grogi dan menambah cangkir demi cangkir kehangatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun