Kaki keriput kedinginan
Batin menggigil lapar
Ketenangan,
Mana ada tidur pulas
Setelah hujan ekstrim
Selalu jatuh
Sepanjang malam
Menuju pagi
Mimpi apa yang lebih buruk
Saat pagi 135 lele kolam nenek kabur
Semua perabot lantai satu terendam
Gang keluar penuh air coklat
Arus air kuat di jalan utama
Yang berubah jadi sungai
Tetangga
Tak hanya mengungsi ke lantai dua
Lima asisten rumah tangganya
Naik ke lantai dua
Dikejar air yang gila
Tak terhitung
Berapa mobil
Motor
Gagal. Hidup
Mesinnya mabuk air
Banjir yang datang kali ini
Mirip kawan lama
Selalu datang
Diam diam
Disaat
Kau tak ingin tamu
Lalu tak segera surut
Ijin pulang,
Banjir bukan jaelangkung
Tapi tamu yang tak pernah diundang
Hobi merepotkan tuan rumah
Dan betah,
Menakut nakuti semua,
Terbahak bahak menikmati
Teror dingin
Air coklat membludak
Merusak
Batin
Dan jiwa dimana mana
Banjir yang terprediksi
Selalu datang di musim hujan
Bukan saat kemarau
Selalu mengalahkan kewaspadaan
Semua rencana pintar sempurna :
Walikota
Bupati
Gubernur
Biarlah
Kakiku basah
Hatiku kuyup
Furnitureku sembab
Hari hariku
Digenangi air coklat
Penuh penyakit
Biarlah bencana ini
Jadi catatan mesra
Konstituen warga
Dengan pemimpin daerah
Yang dipilih dan dicintainya
Sepenuh hati,
Kalau tahun ini
Kami masih diberi hadiah
Air tumpah
Berlebih
Apa mau dikata lagi
Bila semua update status
Banjir dimana
Mana,
Aku hanya mau menaikkan
Satu status saja
Masih banjir kangen
Padamu
(kangen pemimpin yang tanggap bencana banjir dan mampu merubah setiap air yang jatuh di kotanya, Â adalah keberkahan, adalah kesyukuran, adalah suka cinta. Semoga tahun depan, musim penghujan adalah musim kekagumanku padamu wahai pemimpin, Â jangan tidur saat banjir !)Â