Saat selongsong peluru
Kau masukkan
Dalam tubuh
Senapan laras panjangmu
Rusa gemetar
Kelinci mencericit
Macan kumbang hitam menggeram
Semua terancam mati
Apalagi terpidana
Yang diikat tabah
Dengan tutup mata hitam
Di kepalanya
Apa yang dilihatnya
Mengintip celah surga
Atau api neraka
Yang menyala
Nyala
Saat teropong bidik
Diarahkan ke dada
Tepat ke jantung
Siapa lagi
Yang bisa melepaskan diri
Berlari dari takdir
Eksekusi
Bila mati
Bukan tujuan
Luka yang menyobek
Jantungmu
Panasnya
Menghentikan
Nafasmu
Tak memberimu
Ruang hidup lagi
Bila mati
Bukan tujuanmu
Hidupmu
Cukup
Berhenti
Jadi sejarah tak tertulis
Detik ini
Hanya beberapa detik
Setelah peluru
Menghempas
Inti tubuhmu
Tanpa ampun lagi
Saat moncong
Ujung laras panjang
Menyalak panas
Rasa hangat
Hilang dari tubuhmu
Jadi dingin
Yang mencengkam kalbu
Dingin abadi,
Ditinggalkan ruh bebas
Berkelana
Jadi cahaya kebebasan jati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H