Jadi malam panas
Yang mengalir di tinta
Canting
Kau teteskan
pada setiap luka terbuka
Motif batik truntum
Yang rumit
Dan perlu kesabaran
Mengendalikan nafsu ingin
Pas waktu
Pas rasa
Tak berlebihan indahnya,
cukup
Asal mata jadi teduh
Melihatnya
Cukup sudah
Asal tiap liku
Detail batiknya
Sewarna
Gradasi coklat jiwa
Demikianlah cinta
Amat sederhana
Amat dalam maknanya
Hanya dalam selembar kain putih
Yang kau olah
Jadi batik tulis
Terindah
Yang pernah kulihat
Mbakyu
Lalu nanti
Ketika kain batik jadi
Kubawa ke ibukota
Dari kota Sala
Akan jadi pelengkapÂ
Adi busana jawa
Yang kucinta
Tapi sebagaimana cinta
Baru menatap proses
Membatiknya
Lalu melihat hasilnya
Lalu menyentuhnya
Saat rindu
Irama keraton Surokkarta Hadiningrat
Kain batik ini
Jadi media penyejuk
Penghubung rasa kuno
Kini
Sedang cinta
Tak kenal waktu
Ia ada sebelum kita ada
Ia sebab semua ada
Juga musabab
Semua hilang
Tak terbilang
Tak berbilang,
Itulah takdir cinta jati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H