Gerimis perlahan menjadi hujan gemericik yang mengayun ayun daun anggrek kesayangan Surti, Â almarhum istriku seperti memberi tanda sendu dari langit. Semoga belahan jiwaaku, Â di surga merestui niatku malam ini. Â
Di villa kami di Citius sekarang berbaring indah tubuh Mayangsari, gadis sekampungku yang menyimpan bara cinta selama 20 tahun didadanya. Meski kami sempat lama tak ketemu, Â setelah aku merantau,bertemu jodoh dan lupa mudik. Â Pulang kampung. Surti tetap melajang.Â
 Meski jejaka kaya dari berbagai kampung dstang meminang membawa mahar mahal dan berharga.  Ia menolak,  gadis ayu berambut panjang itu memegang janjiku,  saat hendak pergi merantau menyeberang pulau. Mencari rejeki untuk cinta kami.
"Kak Ramzi setiap malam sejak kau pergi, Â aku selalu berzikir sepanjang malam, Â menyebut namamu dari dalam lubuk hatiku. Â Tapi kau tak pernah pulang Kak.. ", keluhmu dengan nada sabar. Â Walau setitik air mata menitik di sudut matamu. Terungkap ceritamu, Â bahwa kau tak pernah tidur malam. Â Selama 20 tahun terakhir menungguku. Hmm, imsomnia.
Penyesalanku berjatuhan, Â seperti rinai hujan kesedihan yang memenuhi dadaku. Â Surti telah pergi ke langit ketujuh. Dua tahun terakhir. Sekarang Mayangsari,penggantinya sudah pasrah di pembaringan kayu jati. Â Siap menyerahkan jiwa raganya padaku.
"Kak Ramzy,  aku masih gadis ! ", bisikmu lembut,  ketika aku mulai mempreteli kancing baju indahmu.  Kulitmu  mulus terbuka. Kerinduan akan sentuhan dua tahun terakhir nyaris membuatku lupa diri.
"Alangkah indah dan sempurna, Â bila kita menikah dulu Kak Ramzy sayang.. ",pinta mempelai wanita di pinggir ranjangku. Â Aku pun sepakat. Segera kuhubungi Agus penjaga vilaku untuk menjemput penghulu kampung Citius segera. Â Melalui handy talkie-nya.
"Punten juragan, Â Pak Rokib, Â pengghulu kirim salam, Â biar hujan deras ia siap datang, tapi beliau kena covid,isolasi mandiri Gan.. ",lapor Agus, Â lelaki yang setia menjaga vilaku selama ini.
Campur aduk perasaanku mendengar laporannya. Aku tak bisa memetik kenikmatan surga dunia bersama kekasih pertamaku, Â walau segalanya memungkinkan. Saat hendak kusampaikan berita kurang baik itu pada calon istriku yang menjaga kegadisannya untukku. Â Ia tertidur damai dengan pulasnya dengan dada terbuka dan dua belah kakinya yang mengangkang, indah juga mengundang.
 Kuselimuti rapat rapat tubuh yang setia menjaga cinta kami. Selama ini.  20 tahun ia imsomnia. Tak tidur menjaga janji suci kami yang sempat kuabaiian. Baru malam ini,  ia tertidur begitu nyenyak mungkin merasa terlindung,  nyaman terjaga oleh hadirku disampingnya.
Meski kepalaku berdenyut hebat, karena dikuasai syahwat hebat. Â Aku harus sedikit bersabar. Malam ini ganti aku yang diserang imsomnia. Menjaganya tak tidur sampai pagi. Entah sampai kapan derita duda kurang sentuhan sepertiku ini berakhir. Â Sampai Pak Rokib Penghulu selesai isolasi mandirinya kah?