Putriku
Disapa tangis bayi
Diketawain ibu
Ibu tak berwajah
Tak berbadan
Dalam gelap
Hujan deras
Banjir semata kaki
Jam 00
Tepat tabuh
Belahan malam
Tadi
Lalu hujan pun
Memeluk kami
Dalam gebu
Gelap
Menguras batin
Dan nyali
Perjalanan biasa
Jadi epik
Penuh warna
Perjuangan sepasang
Insan menempuh
Rinai hujan
Tangis
Sebenarnya
Kalau saja
Irigasi jalan dikelola baik
Maka tak ada kepungan
Air
Yang menyergap kami
Dalam malam
Tanpa ujung
Saat para pejabat
Tidur nyenyak
Dibuai mimpi
Kami merasakan
Buruknya layanan publik
Yang membuat perjalanan biasa
Jadi perjuangan luar biasa
Walau sudah tak ada gaib
Yang cekikikan
Menertawakan kami
Tengah malam begini
Ganti kami
Cekakakan menertawakan
Nasib sial
Di hadang banjir
Kesembronoan
Tak bisa pulang
Kalaupun sampai
Kami tetap bahagia
Walau lelah di badan
Sungguh perjalanan malam
Yang tak mungkin
Dilupakan
Didalam ketakberuntungan
Kami masih di tertawakan
Bayang mistis
Sementara sepasang kaki
Lemah kami
Beriang ria
Mandi
Air hujan
Malam malam
Masih kau bilang
Hidupmu
Tak indah
Putriku?