Reuni SMA akan dimulai tiga jam lagi. Aku belum memutuskan datang atau tidak. Seribu rasa mengganggu. Takut banyak hal.
Tapi ini reuni akbar seluruh angkatan tahun SMA 1 kotaku. Bila dalam reuni lalu aku selalu semangat datang, karena didampingi Mas Jani, suamiku. Â Kali ini aku harus datang sendiri. Belahan jiwaku, Â baru saja berpulang. Â Belum genap 100 hari. Sebagai dokter ia selalu menjaga diri dari pandemi, tapi akhirnya Masku terpapar juga. Â Entah lengah dimana, maklum setiap hari berhadapan dengan virus ganas itu.
Dalam suasana duka, Â aku memilih untuk mengurung diri di rumah saja. Teman teman satu grup WA smansa menyemangatiku untuk hadir juga. Â Tapi aku cuma basa basi mau hadir, Â padahal kakiku berat melangkah untuk datang. Apalagi ketika semua sudah menerima kaos seragam reuni yang unik dan warnanya sportif, penuh semangat muda.
Semua bersemangat datang, kecuali aku yang masih larut dalam duka tak berujung.
Sore tiba, Â dua jam lagi acara, Â dilangsungkan di ballroom hotel bintang, malam nanti. Aku menghidupkan AC, Â berniat tidur cepat dan syukur sampai besok pagi. Aku ingin melewati malam reuni dengan tidur sendiri, Â sepuas hati.
Baru saja, Â aku beres berganti daster tidur satin, kuning gading yang nyaman.
Â
Din !
Din !
Suara bel motor mengagetkan ku. Bukankah tukang kurir paket, Â biasanya berlaku sopan. Mengetuk pintu atau memencet bel. Ini bunyi motornya menderum derum. Menggangu soreku yang tenang. Gemas aku.
Kuintip kurir paket dari korden jendela depan. Tapi yang kulihat sosok gagah, Â mengenakan motor harley klasik warna hitam, Â dengan helm bulat dan kacamata pelindung yang pakai karet pengikat. Â Jaket kulitnya hitam gaya, Â sepatunya tinggi ala penunggang kuda. Â Wow, siapa dia?.
Din !
Din!!!
Bel motor dibunyikan keras. menyebalkan sekali.
"Andini Ayo berangkat ! ", teriak sosok di depan teras rumahku sambil mengacung acungkan bungkusan plastik kaos reuni.
Aku tersentak, seperti di hipnotis membuka kunci rumah. Â Lalu keluar, Â menyambut tamuku.
Begitu aku keluar, Â sosok macho itu membuka kacamata dan helm uniknya. Â Terlihat wajahnya yang ganteng, Â keras khas pelaut. Aha, Laksamana Pertama Hensa Pambudi. Pujaanku dari SMA. Senyumnya sedikit, Â tapi meluruhkan. Bikin banyak teman cewek smansa patah hati, dulu.