Â
Kinari mulai  bisa menerima penglihatan mata kirinya yang redup. Gelap bahkan. Resiko dari kegemarannya bertualang ke alam bebas. Keliling dunia.  Menulis tentang keindahan alam.  Perilaku harimau salju Rusia,  panda lucu pelahap rakus hutan bambu Cina. Kesetiakawanan Gajah Afrika mengasuh bayi kecil mereka.
Ah, Â semuanya indah dan sulit dilupa. Nama kinari telah berkibar di Majalah National Geographic dan media petualangan dunia. Â Kecantikan parasnya, Â kalah bernilai, Â dari keberanian nyalinya
 Sendiri memasuki belantara dunia. Tulisannya.memukau, sampai dijuluki macan betina Java.
Tapi tulisan tentang perdagangan gading gajah Mozambik membuatnya harus berhadapan dengan mafia telengas dunia. Yang melempari tendanya dengan ular berbisa misterius yang mematok matanya sampai buta. Â Beruntung nyawanya selamat karena diselamatkan Una, Â tabib perempuan Suku Masai.
Sekarang di lereng berpasir Gunung Bromo, Â Kinari tinggal. Di pondok kayu, Â pemberian Nirina, Â konglomerat muda yang mengagumi sepak terjang penulis wanita asal Indonesia ini. Â
Meski tinggal sendiri, Â Nirina sebenarnya mewanti - wanti perempuan penduduk dusun ekowisata untuk. Merawat penulis cantik veteran kelas dunia baik baik. Perempuan muda kaya berbudi itu faham bahwa Kirani harus hidup di surga kebebasan yang memiliki pemandangan elok, eksotis kelas dia. Â Desa terpncil nyaris tak bernama dia kembangkan secara inovatif, adaptasi dan kolaboratif dengan jaringan bisnis kreatif dan Kemenparekraf untuk menjadi wisata dunia.
Tapi pada Kirani, Â ia tak berhitung bisnis. Hanya berharap penulis pujaannya itu tak segera pensiun. Walaupun mata kirinya telah buta dan mata kanannnya juga mulai meredup daya pandangnya.
"Nirina, Â biar aku jadi arang debu Bromo. Â biar aku menghilang dari dunia. Jangan kabarkan pada siapapun, Â aku disini !", pinta Kirani melalui pesan suara "voice note".
Nirima hanya mampu mengiyakan dalam pesan suara balasan yang ia kirim. Lain tidak. Â Habis akalnya, Â membujuk Penulis yangbtelah ia anggap sebagai kakak untuk terus menulis meski kecacatan mata jadi penghalang. Saat ia kirim sekretaris pribadi yang cakap menulis dan memgedit kata kata, Kirani menolak keras.
Kirani sampai pada ujung asanya. Sebagai perempuan penulis petualang, Â ia tak memiliki suami, anak, Â relasi cinta yang normal. Â Lantaran tak pernah menetap lama di satu titik GPS (Global Positioning System) bumi. Selalu berpindah. Seumur hidupnya.
Suaminya adalah petualangan demi petualangan ke rimba tak bernama, Â sungai tak bermuara., laut rumah badai. Â Anak anaknya adalah karya tulisnya yang telah mengharumkan namanya.