Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Enak Jadi Bujang Imsomnia, daripada Jadi Suami-suamian

21 Oktober 2020   01:16 Diperbarui: 21 Oktober 2020   08:40 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Armin, si bujang lapuk, selalu susah tidur. Banyak malam - malamnya terlihat panjang, lampu Kamarnya selalu nyala, nyaris sampai subuh menjelang.

Dia hanya bisa tidur, bila.lampu dimatikan. Begitulah, hidupnya seperti kelelawar, siang bolong baru terbangun.

Untunglah, Nilam, janda kaya paruh baya, juragan jengkol,gembur tubuhnya,  akhirnya, mengajaknya menikah. 

Walau tanpa pesta hajatan meriah. sepeda onthel Armin, kini parkir tak pernah dipakai. Kemana- mana, penganten baru ini, naik mobil cina terbaru. Wow !

Herannya, habis isya saja , lampu kamarnya sudah mati. Gelap. Pertanda baik. Sekampung heboh,juga bahagia, terutama teman - teman begadangnya. Ikut senang, hidup Amri sempurna sebagai laki - laki karena sedang bertugas  melayani istri.

Padahal, Nilam sudah menaphouse dan frigid, dia menikah cuma untuk status dan mencari teman tidur saja.

Karena Armin, bujang miskin, meski mendadak kaya, kini tak punya kebebasan lagi. Harus tidur cepat - cepat dan tidak boleh keluar lagi begadang, ngopi - ngopi, Sudah tak boleh lagi. Nilam galak sekali. Semua aturannya harus diikuti.

Bila Armin nekat keluar, maka jatah rokok dan uang sakunya di-stop total oleh istri, juga majikan barunya. Nilam memenjarakan Armin di sangkar emasnya. 

Si Nylukmit, terkukur kesayangan Armin pun terpekur, tak pernah berkicau lagi. Peliharaannya seperti paham derita berat tuannya. Dia prihatin dan  mengunci.mulutnya.

Walau lampu mati. Ketika Nilam tidur, Armin terbelalak matanya, memandang , menghitung jumlah bintang di langit luar sana.

Dipikir - pikir lebih enak, jadi bujang miskin imsonia, tapi hidupnya bebas. Daripada dibeli jadi suami - suamian. Sengsara...

Malang Nian, nasibmu Armin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun