Walaupin satu demi satu, jemarinya kalah, satu dua buku jarinya.berbalik, melengkung dan susah diluruskan lagi. Sampai sepuluh jarinya mengalami perubahan bentuk. Cacat fatal akhirnya. Sayang disayang.
***
Walau sudah mengalami perubahan bentuk tubuh, Jejen semakin percaya diri. Menyanyi, baca puisi, mengaji dan olah raga dilakukan tanpa mengenal lelah.
Banyak kepercayaan yang didapat, sebagai pemimpin di lingkungannya. Seiring dengan kemudahan ia mencari rejeki tambahan.Â
Godaan pun datang.
Jejen dimana - mana banyak mendapat godaan dari wanita cantik. Sekalipun sudah beristri, dan kondisi kedua belah tangannya tidak normal.
Encun, gadis ayu yang beda usia 20 tahun dengannya, memberi sinyal suka. Walaupun banyak yang  menyukainya, tetapi hatinya tertambat pada Jejen.
Bapak yang memiliki tiga anak dari Sunti dan sering tugas luar ini, mengalami dilema. Laki - Laki mana yang tak senang mendapat perhatian khusus dari seorang gadis yang berakhlak baik.
" Bang, daripada kita pacaran.begini, apa tidak lebij baik, kalau kita menikah saja ?",rajuk Encun, sambil merebahkan wajahnya yang seperti bulan.purnama di bahu kiri Jejen manja.
"Hah, kita menikah ?", Ungkap lelaki itu kaget. Mimpi pun tidak, pria bermata tajam dan lembut suaranya ini, sadar diri, bahwa sebagai.manusia ia sudah tidak sempurna.
Bisa mendapat satu perempuan saja yang mau jadi istrinya, ia sudah bersyukur. Tiba - tiba sekarang terbuka peluang memiliki dua istri.