Hanya biru kemana mata memandang. Sejuk dan menetramkan. Cakrawala nyaris bulat sempurna. Saat kami berada di palka tertinggi kapal Pelni yang menghantrakan kami.dari Natuna, menuju Tanjung Balai Karimun.Â
Perjalanan sehari semalam yang menghibur hati, bagi lajang petualang seperti Zipo. Ombak.landai. bisa dibilang laut seperti cermin beaar, rata dan berkilauan permukaannya.
Bung G, intel Angkatan Laut yang mendampingi Zipo saat muhibah ke pulau - pulau terluar itu, mengungkapkan rahasia tentang UFO, tentang piring terbang yang rutin turun, menyambangi pos terluar di Pulau Lauy, Ujung Utara Indonesia.
"Sulit dilupakan, entah karena tehnologi.mereka.begitu tinggi, atau ada sihirnya. Mereka datang dengan cepat. Turun dari langit", Â Ungkap Bung G memaparkan kontak beberapa.kali dengan wahana Alien, makhluk luar angkasa itu.
Setelah mendekat dengan sinar yang amat terang, mereka seperti.mengamati setiap tubuh dan peralatan pertahanan prajiurit yang ada di Pulau terluar itu.
"Kenapa Tidak ditembak saja Bung, Kan ada meriam, ada senapan serbu ?", tanya Zipo penasaran.
"Pertama piring terbang itu tidak terlihat agresif menyerang, hanya mengamati kami. Diluar itu semua macet, mekanik senapan serbu, meriam juga macet,lampu mati, jam berhenti. Radio juga mati. Kena jem, sinyal yang lebih kuat. Kami tidak bisa.menghubungi markas meminta bantuan", tutut Bung G menjelaskan situasi yang rumit saat kontak pertama turis antariksa itu.
"Untungnya mereka tidak menembak habis, peleton jaga waktu itu ya bung ?", desis Zipo sambil menghela nafas.
Sambil berbincang, mata pemuda penjelajah yang awas melihat titik merah, tepat diarah lurus depan, posisi benda merah itu posisi jam 10.
"Alhamdulillah piring terbang itu, tidak menyerang, hanya mengamati kami. Sebentar tapi lama. Lama tapi sebentar", urai Bung G lagi.
"Seperti di hipnotis ya Bung, jangan - jangan mereka turun dan melakukan kontak wawancara, pengumpulan data pengamatan tentang kita", Kejar Zipo menyelidik.