Aku pulang, Â naik sepeda gunung kesayangnku, kali ini lelah luar biasa, tapi terus kuupayakan mengayuh pedal lebih jauh. Kucoba menikmatoi malam, aku sedang bosan dengan diri sendiri dan malas kembali ke rumah, sengaja kupilih jalan lain yang tidak biasa. Melewati sungai sepi. Lalu gerumbul bambu. Dan semak membentang.
Malam ini sungguh damai, walau bulan tak ada dan bintang hanya ada tiga di belahan utara. Angin pun malas bertiup. Malam yang sempurna. Malam apa ini?
Aku lupa, malam jumat kah ?
lalu kuputuskan melewati gang dengan jalan tanah,.lapangan luas di samping Rumah sakit peninggalan Belanda. Banyak bangsal kosongnya..
Di depanku ada rumah belanda tua, putih, terawat, bersih. Banyak bunga - bunga kemboja jatuh berserakan di pelataran depannya.
Aku perhatikan ada kemboja warna merah, kuning, putih, Â memenuhi teras tanah yang luas. Sepertinya tidak beraturan tetapi seperti ada yang menata. Entah siapa ?
Didalam keberserakan itu, ada keindahan komposisi bunga. Cahaya temaram lampu jalan, membiaskan warna waran bunga indah.
Entah siapa yang menghentikan sepedaku , tiba - tiba laju rodaku berhenti. Aku tidak ada pilihan. Dan ketika kucoba kukayuh, pedal sepedaku macet total.
Tapi aku merasa nyaman,walau di bentangan teras rumah tua itu sunyi sempurna, dan sepi sempurna. Tak ada rasa takut sedikitpun.
Bunga kemboja warna warni itu membuatku tergoda mengambil yang warna kuning, lalu kusematkan di belahan telinga kananku. Wanginya tercium dasyat masuk ke dadaku.
Ada kemboja merah lagi, dan aku tergoda mengambilnya lagi, lalu kusematkan di telinga kiriku. Rasanya jiwaku mendadak bahagia dan seimbang.