Kampung Wono Alit geger. Jam 22 mereka baru saja mereka yang jaga ronda videocall dengan Mbah Rono, sepuh desa yang sedang diisolasi di ICU, RS Kota.
Terlihat pendekar gaek itu begitu sehat dan prima. Dari 10 pasien yang terbaring di ruang gawat darurat pasien covid. Semua terlihat lemah dan pasrah menghitung  hari, sisa umur.
Mbah Rono beda, beliau tampak happu - happy  saja. Hampir tak ada gejala sakit yang dirasa. Badannya terasa segar dan sehat saja. Tapi tiap kali di tes swab. Beliau positif. Juga waktu rapid tes sekeluarga positif reaktif. Gara - gara jalan - jalan ke Jogja sekeluarga.
Istri, adik ipar, Â anak dan cucu, semua kena dan dirawat isolasi di RS yang sama. Tapi minggu berlalu, semua berangsur pulih walau harus melewati proses perawaran karantina yang bikin menderita.
Semua merasa sakit, dan menjalani terapi medis termasuk berjemur dengan tertib. Kecuali Mbah Rono seorang, beliau ngeyel dan ngomel.
Lantaran merasa badannya baik - baik saja.
"Ini gimana, semua keluarga Mbah yang dirawat. Sudah boleh pulang. Mbah kok masih ditahan. Salah apa aku hayo?", cerocos Mbah Rono, maling bukan rampok bukan.
Masak tidak boleh pulang. Teriaknya lagi.
Eskpresi kesalnya saat video call dengan sahabat dan keluarganya lewat videoCall tentu mengguncang tawa semua.
Tapi sejam kemudian, setelah komunikasi terakhir terputus. Tepat jam 23 lewat 11. Mbah Rono wafat, tanpa derita, tetap ekspresif optimis, berani, bernyali.
Seluruh desa berkabug. Banyak gunjingan berseliweran tak keruan. Bahwa ada skema jahat yang menggunakan pandemi sebagai alat untuk.menghabisi tokoh - tokoh yang beroposisi pada pemerintah. Tapi ada juga yang menepis bahwa itu hanya kabar burung.
Seorang Dokter ahli paling senior akhirnya bicara, karena banyak yang penasaran, kenapa Mbah Rono, bisa wafat. padahal tak ada derita covid 19 sedikitpun. Beliau seperti orang sehat saja layaknya.