Mohon tunggu...
Azka Wilda
Azka Wilda Mohon Tunggu... Lainnya - siswa

XI IPS 1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keistimewaan Perempuan dalam Budaya Minangkabau

30 Agustus 2020   13:30 Diperbarui: 30 Agustus 2020   14:18 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Miangkabau menganut sistem warisan matrilineal. Kata matrilineal berasal dari dua kata yaitu mater artinya ibu dan linea artinya garis sehingga matrineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur dan mengikuti garis keturunannya berasal dari pihak ibu. Budaya Minang mendidik perempuan dengan keras agar mandiri dan laki-laki diajarkan untuk merantau.

Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu akan terjadi penyerangan yang dilakukan oleh Majapahit. Alasan penyerangan ini dikarenakan Minangkabau dikenal sebagai daerah yang mengutamakan perdamaian sehingga Minangkabau tidak memiliki pasukan perang. Untuk menghindari peperangan ini pemimpin minangkabau menjodohkan adiknya dengan salah satu panglima dari Majapahit. Namun pemimpin Minangkabau ingin keturunannya tetap dari Minangkabau sehingga pemimpin minang merubah sistem kehidupan masyarakat Minangkabau. Sejak saat itu semua kehidupan dan aturan orang Minangkabau berubah dan sistem kekerabatan menjadi Matrilineal.

Akibatnya dalam budaya Minangkabau perempuan memiliki kuasa warisan di dalam suatu keluarga. Perempuan memiliki hak untuk mengelola,mengatur, dan mengurus warisan daripada laki-laki. Akan tetapi, hukum adat Minangkabau sangat bertolak belakang dengan hukum islam yang pembagian kewarisan berasal dari garis keturunan bapak atau patrilineal.

Tidak hanya berdampak terhadap pembagian warisan tetapi juga berdampak terhadap budaya perkawinan masyarakat Minang. Terdapat istilah di masyarakat bahwa “perempuan membeli laki-laki”membeli disini artinya pihak  perempuan memberikan sejumlah uang atau barang kepada pihak laki-laki. Istilah ini disebut dengan Bajapuik. Tujuannya untuk menghargai pihak keluarga laki-laki yang telah membesarkan,mengurus dan melahirkannya agar pihak keluarga laki-laki tidak merasa kehilangan.

Sampai sekarang masyarakat Minang masih menganut sistem Matrilineal. Namun meskipun Minang menganut sistem Matrilineal, Minang bukanlah Matriarki yaitu perempuan mendominasi sebagai pemimpin. Minang tetap lah kumpulan orang yang cenderung patriarkis. Para lelaki tetap menjadi pengambil keputusan. Dan meskipun minang menganut Matrilineal, perempuan harus menghormati laki-laki begitupun sebaliknya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun