Mohon tunggu...
Saufi Ginting
Saufi Ginting Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Literasi

Pendiri Taman Bacaan Masyarakat Azka Gemilang di Kisaran, Kabupaten Asahan Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seperti Mobil Terbang Itu

31 Januari 2022   22:22 Diperbarui: 31 Januari 2022   22:31 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mobil Terbang, diambil dari akun Instagram Kompascom

Menjalani kehidupan di dunia ini, banyak hal yang tak terduga bisa terjadi. Apalagi semakin ke sini, perkembangan teknologi yang sangat pesan dapat memungkinkan ketakterdugaan itu. Hal-hal yang mungkin hanya dilihat dalam film-film fiksi yang mungkin mustahil untuk dibuat di dunia nyata, jangan kaget, semua bisa terjadi. Contoh nyata adalah mobil terbang.

Lihatlah pada 25 Januari 2022, sebagaimana dilansir dalam instagram Kompascom pada 29 Januari 2022, di Slovakia, sebuah perusahaan bernama Klein Vision meluncurkan sebuah mobil sekaligus pesawat yang diberi nama AirCar. Dengan bermesinkan BMW difasiltasi 160 tenaga kuda, baling-baling dan parasut balistik, AirCar telah mendapat sertifikat kelaikan udara oleh Otoritas Transportasi Slovakia, sesuai dengan standar Badan Keselamatan Penerbangan Eropa. Bahkan telah melewati uji coba lebih dari 70 jam penerbangan, 200 lepas landas dan mendarat, serta menyelesaikan tikungan 45 derajat yang curam. Harganya lumayanlah, sekitar sekitar 600.000 hingga 700.000 dollar Amerika Serikat.

Sebelum AirCar dari Slovakia, diketahui juga telah mendapatkan izin di jalanan umum. PAL-V buatan Belanda, meski harus menempuh perjalanan panjang untuk beroperasi di angkasa, setidaknya telah memenuhi syarat untuk beroperasi di jalan raya kawasan negara-negara Uni Eropa.

Selain PAL-C, ada pula perusahaan mobil terbang Terrafugia milik Geely yang telah disetujui terbang dari kantor Federal Aviation Administration (FAA). Bahkan sebagaimana dilansir oleh otoflik.com ada 14 jenis mobil terbang yang telah diperkenalkan oleh perusahaan besar seperti Toyota, Airbus, Audi dan Uber. Diantara mobil yang bisa terbang ini sudah siap untuk dipasarkan di beberapa negara termasuk di Indonesia.

Lihatlah, teknologi sudah terspesifikasi dengan pesatnya. Sebagaimana teknologi, segala jenis disiplin ilmu tak pernah berhenti cuma pada satu titik -dulu pernah sukses melaluinya-, kemudian terlayakkan bersebab prestasi masa lalu. Kemudian tanpa meng-upgrade diri, menjadi pembicara aneka jenis ilmu. Boleh saja bertahan pada 'pernah' melaluinya, tetapi yakinlah, kehidupan dunia ini terus berkembang. Ilmu seperti angin yang berhamburan, tak terjaring, jatuh terjengkang. Tertahan pada peradaban. Seperti kesuksesan dan kepercayaan diri pemilik merek gawai yang pernah digunakan secara massif-nokia-, dimana ia sekarang?

Bahkan, semahal apa pun gawai yang dibeli per hari ini, bulan depan telah terbit model yang sama dengan kualitas, dan harga yang jauh dari berbeda. Kamera 15 biji di belakang, 10 di depan, misalnya.

Boleh saja aneka kebaikan-kebaikan dari kisah sukses siapa pun dijadikan teladan. Murid, teman, sahabat, guru, orang tua, siapa saja. Tapi apakah harus sama seperti mereka? Kan tak begitu adanya. Sebagaimana teknologi yang terus berkembang, begitulah ilmu dan pengalaman. Tentu tak sama kemampuan menulis si A dengan si B meski yang dibahas adalah tema yang sama. Tentu tak sama anak kembar A dan B, dalam terletaknya tahi lalat misalnya. Tak ada yang sama persis, dan tak boleh sama persis. Justru dengan berbedalah kekuatan dan kreativitas terasah agar seminimal mungkin tak memaksakan dan menuntut kesamaan. Maka, tercerahkanlah selalu.

Menjadi guru pun begitu adanya, tak lah sama guru A dan B meski sama-sama mengajarkan mata pelajaran yang sama. Boleh jadi ilmu yang diterima saat belajar dari kampus dan pengalaman aktif organisasi yang berbeda, menghasilkan teknik, strategi, dan metode pengajaran yang berbeda. Boleh jadi kemampuan psikologi yang berbeda, menghasilkan pendekatan yang berbeda, pasti dipastikan aplikasinya berbeda.

Pun begitu, bila saat menjadi guru pernah melihat siswa gingging pada masanya, sebagaimana teknologi, ia boleh jadi berkembang dengan pesat. Kelebihannya telah menjadi inspirasi bagi perjalanan kehidupan lainnya. Apakah tetap saja sebagai guru, penilaian terhadap si 'pernah jadi murid' sama seperti zaman ia bebal dulu? Tentu tak begitu. Ribuan kebaikan telah mengakar di hidupnya. Siapa tahu ia pula esok-esok yang mampu membantu. Hentikanlah berkata 'dulu muridku dia itu, gingging kali' saat berjumpa dengan 'si pernah murid' dan mencemoohnya kepada lawan bicara-siapapun dia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun