Dalam dunia kuliner, kesadaran akan kehalalan makanan semakin menjadi perhatian utama bagi konsumen. Hal ini tercermin dalam pandangan Bapak dan Ibu di sekitar kita, yang secara bulat menunjukkan preferensi terhadap makanan yang halal. Namun, Sulaiman, pemilik kedai ayam bakar cabang di Lewiliang dan Ciapus, memiliki tantangan tersendiri dalam menghadapi kebutuhan akan sertifikasi halal dalam usahanya.
Pandangan Terhadap Makanan Halal
"Bajajaaa!" begitu lugasnya tanggapan Sulaiman saat ditanya tentang pandangan masyarakat terhadap makanan halal. Ini menggambarkan kepastian dan prioritas dalam memenuhi standar kehalalan dalam bisnis kuliner.
Kesulitan dalam Mendapatkan Sertifikasi Halal
Meskipun kesadaran akan pentingnya sertifikasi halal begitu besar, usaha Sulaiman belum memperolehnya. Alasannya sederhana: biaya dan proses yang rumit. Namun, harapannya tinggi dengan kebijakan pemerintah yang akan memberikan sertifikasi halal secara gratis kepada UMKM.
Pentingnya Sertifikasi Halal dalam Produk Makanan
Sertifikasi halal bukan sekadar label. Bagi Sulaiman, ini tentang meningkatkan daya beli dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dijual. Ini adalah langkah penting menuju keberlanjutan dan kepercayaan konsumen yang tinggi.
Proses Sertifikasi Halal dan Dampaknya
Meski Sulaiman belum menjalani proses sertifikasi halal, ia berharap dapat melakukannya. Namun, dari bahan baku hingga proses pembuatan, ia meyakinkan bahwa semuanya sudah sesuai dengan prinsip halal. Ini menjadi langkah awal dalam menjalani proses sertifikasi.
Komitmen terhadap Kehalalan Bahan Baku
Sulaiman berusaha keras untuk memastikan bahwa bahan baku yang digunakan, terutama daging ayam dan bumbu-bumbu, memenuhi standar kehalalan. Meskipun belum bersertifikat, ia memilih untuk membeli dari penjual beragama muslim untuk menjaga kehalalan produknya.