Bayangkan saat hujan deras mengguyur tanpa henti, tanah mulai retak, dan longsor tak terhindarkan. Dalam situasi genting seperti ini, apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan diri dan membantu orang lain? Menjelang musim hujan, ancaman tanah longsor menjadi perhatian serius, terutama bagi wilayah yang berada di zona rawan bencana. Dusun Cegokan, Kalurahan Wonolelo, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, misalnya, sebagian besar terletak di kawasan perbukitan dan persawahan. Ditambah dengan curah hujan yang tinggi, potensi terjadinya tanah longsor semakin meningkat. Kesadaran dan kesiapan menghadapi risiko tanah longsor menjadi penting untuk meminimalkan dampak buruk yang mungkin terjadi.
Selain ancaman tanah longsor, cedera seperti fraktur sering kali terjadi bersamaan dengan bencana tersebut, sehingga pemahaman tentang pertolongan pertama menjadi kebutuhan yang tak kalah penting. Oleh karena itu, edukasi mengenai mitigasi tanah longsor dan pertolongan pertama pada fraktur merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Dengan pembekalan ini, warga tidak hanya lebih siap menghadapi situasi darurat, tetapi juga mampu memberikan bantuan kepada sesama saat terjadi bencana tanah longsor.
PjBL: Edukasi Mitigasi Bencana Tanah Longsor dan Pertolongan Pertama pada Fraktur
Untuk meningkatkan pemahaman warga, mahasiswa Keperawatan semester 7---An Nisaa, Arifatul, Azka, Fatma, Fadhia, Zulyandra, dan Rizki---bersama dosen pembimbing, Ns. Liza Novitasari Wijaya, M.Kep., dan Ns. Ignasia Nila Siwi M. Kep., dari Universitas Madani, mengadakan edukasi mengenai mitigasi bencana tanah longsor dan pertolongan pertama pada fraktur.
Kegiatan ini diawali dengan pre-test untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman awal warga terhadap materi yang akan disampaikan. Lalu dilanjutkan dengan sesi edukasi. Materi disampaikan menggunakan PowerPoint yang dirancang sederhana dan mudah dipahami.
Dalam sesi ini, warga diajak memahami apa saja yang bisa memicu tanah longsor, seperti curah hujan tinggi, kondisi tanah yang labil, dan aktivitas manusia seperti penebangan liar. Selain itu, warga juga diajarkan langkah-langkah mitigasi, seperti membuat terasering, menanam kembali tanaman di area lereng, dan memasang penguat tebing. Tidak ketinggalan, warga diberi pengetahuan tentang tanda-tanda awal tanah longsor, misalnya munculnya retakan tanah, pohon yang mulai miring, atau sumber air yang tiba-tiba keruh, sehingga mereka bisa lebih waspada.
Selanjutnya, warga diberi panduan praktis mengenai pertolongan pertama pada fraktur. Mulai dari memastikan keamanan lokasi, menenangkan korban, membatasi gerakan area yang cedera, hingga membuat bidai sederhana. Penanganan luka terbuka juga disampaikan untuk mencegah infeksi sebelum korban mendapatkan bantuan medis lebih lanjut.
Kegiatan diakhiri dengan post-test untuk mengevaluasi pemahaman warga setelah diberikan edukasi. Hasil menunjukkan peningkatan pengetahuan warga terkait mitigasi bencana tanah longsor dan pertolongan pertama pada fraktur. Selain itu, warga memberikan umpan balik positif terhadap materi yang disampaikan, terutama karena pembahasannya yang aplikatif dan relevan dengan kebutuhan di wilayah rawan bencana.
Mari bangun kesadaran bahwa bencana bukanlah sesuatu yang tak terhindarkan tanpa solusi. Pengetahuan, kesiapan, dan kepedulian menjadi kunci untuk menghadapi bencana tanah longsor dengan lebih baik. Mulailah dari langkah kecil, seperti memahami mitigasi dan mempelajari pertolongan pertama, karena setiap tindakan sederhana memiliki potensi besar untuk menyelamatkan nyawa dan menciptakan rasa aman. Jadilah bagian dari upaya membentuk lingkungan yang lebih tangguh, siap menghadapi tantangan, dan penuh harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H